Rabu 24 Jun 2015 14:39 WIB

Wikileaks Ungkap AS Matai-matai Tiga Presiden Prancis

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Prancis Francois Hollande.
Foto: Reuters
Presiden Prancis Francois Hollande.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) memata-matai tiga Presiden Perancis, Jacques Chirac, Nicolas Sarkozy dan Francois Hollande. Hal tersebut diungkapkan WikiLeaks dalam sebuah pernyataan pers, Selasa (23/6).

Pernyataan WikiLeaks tersebut didasarkan atas laporan intelijen rahasia dan dokumen teknis. Pembukaan rahasia tersebut pertama kali dilaporkan di French Daily Liberation dan situs berita Mediapart.

Media tersebut mengatakan bila NSA memata-matai presiden selama  periode pimpinannya. Setidaknya pada 2006 hingga Mei 2012 saat Hollande mengambil alih kursi kepemimpinan Sarkozy.

WikiLeaks mengatakan NSA melakukan pengawasan komunikasi Hollande (2012-sekarang), Sarkozy (2007-2012) dan Chirac (1995-2007) serta menteri kabinet Prancis dan duta besar Prancis untuk AS.

Menurut dokumen yang didapat WikiLeaks, Sarkozy dianggap telah memulai kembali pembicaraan damai Israel-Palestina tanpa keterlibatan AS. Hollande juga khawatir bila Yunani keluar dari zona euro pada 2012.

Pengungkapan tindakan mata-mata terbaru di antara sekutu negara-negara Barat muncul setelah NSA diketahui memata-matai Jerman dan badan intelijen BND. Jerman sendiri telah bekerja sama dengan NSA untuk memata-matai para pejabat dan perusahaan di tempat lain di Eropa.

"Masyarakat Prancis memiliki hak untuk tahu bahwa pemerintah terpilih mereka berada di bawah pengawasan musuh yang dianggap sekutu," ujar pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Ia menambahkan, pengungkapan rahasia yang lebih penting akan segera menyusul.

Dokumen yang didapat WikiLeaks termasuk ringkasan dari percakapan antara pejabat pemerintah Prancis pada krisis keuangan global, masa depan Uni Eropa, hubungan antara pemerintah Hollande dan pemerintah Merkel, upaya Prancis untuk peningkatan staf eksekutif PBB dan sengketa antara pemerintah Prancis dan AS terkait AS yang memata-matai Prancis.

Dokumen juga berisi nomor ponsel dari berbagai pejabat di istana presiden Elysee termasuk panggilan langsung dari presiden. Pekan lalu, WikiLeaks menerbitkan lebih dari 60 ribu saluran telepon diplomatik dari Arab Saudi. Situs itu juga mengatakan akan merilis setengah juta lebih dalam beberapa pekan mendatang.

Mantan Menteri Luar Negeri dan Pertahanan Michele Alliot-Marie di bawah masa kepemimpinan Chirac dan Sarkozy mengatakan kepada saluran TV Prancis, iTele, bahwa Prancis telah lama mengetahui AS menargetkan dan mencoba menyadap percakapan negaranya.

Sementara itu, Hollande dikabarkan akan mengadakan pertemuan darurat dengan para pejabat keamanan negara untuk menanggapi dokumen WikiLeaks tersebut. Seorang ajudan Presiden Prancis mengatakan, pertemuan akan diadakan Rabu (24/6) untuk mengevaluasi informasi yang dirilis dan menarik kesimpulan yang relevan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement