REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Angin dingin dari laut dan pra-musim hujan sempat membawa keteduhan di Pakistan Selatan, Rabu (24/6). Namun, jumlah korban tewas dari gelombang panas terik terus naik hingga ke angka 838 orang.
Angka tersebut sangatlah tinggi mengingat Pakistan merupakan wilayah yang terbiasa dengan suhu panas.
Ketua Otoritas Manajemen Bencana Nasional, Mayjen Asghar Nawaz mengatakan, di Karachi saja, 800 orang tewas akibat gelombang panas. Pihak berwenang tidak siap menangani gelombang panas. Sebanyak 38 orang tewas di berbagai bagian lain provinsi tersebut.
Nawaz memperingatkan jumlah korban tewas bisa meningkat lebih lanjut dalam bebeapa hari mendatang. Sebab, banyak orang sakit yang berada dalam kondisi kritis.
Ahli meteorologi, Abdur Rasheed mengatakan, suhu di kota terbesar dan pusat komersial dimana mayoritas kematian terjadi telah turun menjadi 34 derajat celsius.
Penurunan ini kemungkinan menandai akhir dari gelombang panas yang dimulai pada Ahad (21/6). Para pejabat rumah sakit mengatakan, kedatangan pasien lebih rendah daripada hari-hari sebelumnya, ketika pasien mengalami dehidrasi dan berbaring di koridor dan jalan-jalan luar.
Karachi menjadi pusat gelombang panas dan menjadi yang terburuk, setidaknya selama satu dekade dengan suhu 45 derajat celsius. Pemadaman listrik semakin panjang, air yang mengalir semakin sedikit, dan kondisi puasa di bulan Ramadhan telah memperburuk situasi.
Hal ini memaksa penduduk yang mampu untuk membeli air dengan mengandalkan tanker air yang dikirim ke rumah mereka.