Kamis 25 Jun 2015 22:05 WIB

Siasati Tes Narkoba, Pekerja Tambang Australia Gunakan Penis dan Urine Palsu

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Urine dan penis palsu marak digunakan para pekerja tambang di Queensland sebagai upaya mengelabui tes narkoba yang dilakukan perusahaan mereka.

Modus ini diungkapkan Kepolisian Queensland dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Layanan Tes Narkoba di Lingkungan Kerja Australia dan dihadiri para bos perusahaan pertambangan.

Seminar ini bertujuan memberikan pemahaman dan wawasan pada para bos tambang itu tentang trik-tirk nakal anak buahnya terkait pemeriksaan konsumsi narkoba di lingkungan kerja mereka.

Dikatakan penjualan kedua produk yang ditujukan untuk mengelabui tes narkoba ini semakin meningkat, yang masih legal diperjualbelikan di internet.

Beberapa produk dapat dibeli dengan harga $70 dan dalam paketnya terdapat pembalut penghangat dan alaat perekat untuk membantu pria menggunakan alat ini selama berlangsungnya tes narkoba.

Tony Graham dari Layanan Tes Narkoba di Lingkungan Kerja Australia mengatakan pekerja tambang rentan menjadi pengguna narkoba. "Dalam industri pertambangan dimana karyawannya memiliki gaji yang bagus, tapi mereka juga menghadapi tekanan kerja yang tinggi dan jam kerja yang panjang serta jauh dari keluarga, semakin sering pulang pergi meninggalkan keluarga maka semakin kompleks masalah yang Anda hadapi, sehingga orang cenderung mengkonsumsi narkoba," paparnya baru-baru ini.

Menurutnya para pekerja tambang semakin banyak yang menggunakan urin palsu untuk menghindari tes urin mereka positif mengandung jejak narkoba.

"Urin palsu itu pada dasarnya bahan kimia, tapi mereka memastikan kalau cairan itu memiliki keseimbangan PH yang tepat, warna yang tepat dan juga gravitasi khusus agar terlihat mirip seperti air seni." papar Graham.

"Urin palsu itu terlihat mirip sekali dengan urin asli. di masa lalu kami berhasil dikelabui dan selalu mendapatkan hasil tes negatif mengandung jejak narkoba didalamnya,'

"Kreatinin adalah produk sampingan dari jaringan otot break-down, itu adalah protein yang dikeluarkan melalui urin dan menjadi tanda unik yang memberitahu kami kalau kita meneliti urin asli,"
 
"Belakangan ini tersedia juga kreatinin sintetis yang dapat mereka masukkan ke dalam urin sintetis sehingga produk urin palsu mereka menjadi semakin sulit untuk mengenali kalau itu adalah urin sinteti,"
 
Seorang pejabat di Kepolisian Gold Coast, Jim Keogh mengatakan pasar urine palsu ini sedang berkembang pesat. Tetapi mereka sulit melakukan penindakan karena jual beli urine palsu dibolehkan.
 
"Pada kenyataannya, yang mereka lakukan hanyalah membuat senyawa kimia dalam bentuk cairan dan menjualnya, mereka tidak mengindikasikan tujuan dari pembelian produk tersebut, karenanya transaksi penjualan urin palsu ini tentu saja bukan obat berbahaya," katanya .
 
"Jadi kita cukup terbatas di area itu, meskipun kita tahu persis pembeli produk itu pasti pelanggar hukum yang memiliki niat jahat agar tes urinnya bersih dan bisa kembali ke tempat kerjanya dan tidak dianggap membahayakan keselamatan sesama rekan kerjanya,"
 
Keogh menambahkan karyawan tambang pengguna narkoba yang tidak terdeteksi sangat beresiko untuk keamanan dan keselamatan rekan sesama pekerja tambang lainnya.
 
Pekerja yang kedapatan melakukan kecurangan dalam tes narkoba terancam kehilangan pekerjaannya dan dapat dibawa ke pengadilan.
 
Standar privasi Australia mewajibkan tes narkoba dilakukan dibalik pintu tertutup, tapi Keogh mengatakan tindakan pengendalian yang lebih ketat bisa diberlakukan di lokasi tambang.
 

Tony Graham dari Layanan Tes Narkoba di Lingkungan Kerja Australia mengatakan seminar yang dilakukan lembaganya semakin diminati.

Dikatakannya dahulu, lembaganya hanya menggelar seminar semacam ini sekali dalam setahun, tapi kini dalam setahun lembaganya bisa menggelar 20 kali seminar semacam ini diberbagai lokasi di Queensland.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement