REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM -- Armada kapal laut Marianne yang ditumpangi oleh sejumlah aktivis Swedia terutama Dror Feiler mengalami kerusakan. Armada dengan tujuan Gaza ini telah dirusak oleh sekelompok yang tidak dikenal.
Menurut Feiler, perjalanan ke Gazanya itu dikarenakan adanya kerinduan kuat dengan tanah kelahirannya tersebut. Dia mengaku ingin berjumpa dengan saudara sebangsanya di tempat itu. "Saya juga ingin bertemu ibu saya yang sudah tua," ujar Feiler seperti dikutip laman Jersusalem Post, Jumat (26/6).
Feiler sendiri merupakan pria kelahiran Israel dan juga dibesarkan di tanah tersebut. Bahkan, dia sempat menjadi pasukan pertahanan Israel atau Israel Defense Forces (IDF). Kini Pria yang berusia 64 ini menetap di Swedia.
Feiler mengaku terpaksa menetap di Swedia karena adanya perintah. Maksudnya, kata dia, dia telah dilarang untuk masuk dan menginjakkan kakinya di tanah Israel hingga 2022. Pelarangan ini terjadi akibat partisipasinya dengan perjalanan aramada kapal laut sebelumnya. Oleh sebab itu, dia tidak bisa bertemu dengan ibundanya yang telah berusia 92 tahun itu.
Perjalanan dengan menggunakana kapal Marianne ini sendiri merupakan pengalaman keempat Feiler. Sebelumnya, dia pernah mengikuti kegiatan armada seperti Estelleh pada Mei 2012.
Terkait penumpang kapal Marianne, Feiler menegaskan terdapat 50 orang di kapal ini. Menurut dia, perjalanan mereka menuju Gaza telah diganggu oleh tentara Israel. Dia menyatakan, pihak Israel telah membatasi jalur perjalanan mereka untuk menuju tempat itu.
Feiler juga menjelaskan, para peartisipan di kapal tersebut jelas memprotes tindakan Israel. Apalagi, ujar dia, setelah mengetahui alasan Israel melakukan blokade itu. Dia menerangkan, Israel melakukan tersebut sebagai antisipasi adanya pergerakan teroris serupa Hamas.
Mendengar alasan tersebut, Feiler menyatakan ketidakterimaannya. Menurut dia, kapal yang ditumpanginya itu jelas tidak memiliki tujuan kekerasan apalagi melakukan peneroran kepada warga Israel.