REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasukan Keamanan Lebanon pada Sabtu (27/6) menggagalkan rencana pemboman di Ibu Kota negeri itu, Beirut, dan kelompok Negara Islam (IS) diduga berada di belakangnya, kata National News Agency (NNA).
NNA menyatakan dua tersangka berkebangsaan Lebanon, yang diduga bermaksud melancarkan serangan atas perintah IS, telah ditangkap dan diserahkan ke Kejaksaan Umum Militer. Mereka sedang diperiksa oleh agen Keamanan Umum.
Sejauh ini, tak ada perincian yang diungkapkan, dan belum jelas apa bukti yang telah dimiliki oleh Pemerintah Lebanon untuk menyatakan IS berada di belakang serangan itu, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad (28/6).
Terungkapnya serangan bom yang gagal tersebut terjadi cuma sehari setelah tiga serangan yang ditaja IS terjadi di Prancis, Kuwait dan Tunisia sehingga menewaskan 66 orang dan melukai tak kurang dari 266 orang lagi.
Walaupun sejauh ini tak ada bukti yang dapat menunjukkan serangan itu telah dikoordinasikan dengan baik sebelumnya, tapi itu tetap menimbulkan kekhawatiran luas mengenai kemungkinan rencana teror pada masa depan oleh kelompok fanatik.
Mereka diperkirakan telah berusaha memainkan peran lebih besar dalam mengotaki serangan satu-orang sementara mereka memerangi pasukan militer Suriah dan Irak di medan tempur.Lebanon telah sering menjadi sasaran serangan terutama di daerah yang dikuasai oleh Hizbullah, faksi Syiah yang terlibat dalam perang di Suriah untuk mendukung pasukan Pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Pasukan keamanan dan militer telah menindak beberapa tersangka yang berkebangsaa Lebanon dan bukan di seluruh negeri tersebut, serta menahan beberapa orang dengan tuduhan terorisme.