REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris pada Ahad (28/6) memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut "bisa terjadi" di Tunisia sementara Ratu Elizabeth II menyampaikan pernyataan duka cita kepada kerabat para korban pembunuhan massal, yang menewaskan setidaknya 38 orang.
Pemimpin kerajaan berusia 89 tahun itu mengatakan ia dan suaminya, Pangeran Philip, merasa "terguncang" atas terjadinya serangan, yang menewaskan setidaknya 15 warga negara Inggris itu.
"Kami menyampaikan rasa duka cita kami yang mendalam kepada keluarga (para warga) yang meninggal dunia dan simpati terdalam kami bagi mereka yang masih berjuang hidup di rumah sakit, dan bagi mereka yang mengalami luka-luka parah," kata ratu dalam sebuah pernyataan.
"Doa kami bagi (para korban) dari semua negara yang mengalami kejadian mengerikan ini."
Menteri dalam Negeri Theresa May mengatakan belum ada perubahan menyangkut jumlah warga negara Inggris yang menjadi korban tewas, namun ia mengatakan kepada BBC: "Kami memperkirakan jumlah tersebut akan bertambah".
Kejadian itu merupakan serangan teror terburuk sejak pengeboman London pada 2005.
Menteri Luar Negeri Tobias Ellwood mengatakan, Sabtu, sejumlah wisatawan Inggris mengalami luka parah.
Tiga warga negara Irlandia juga terbunuh, demikian menurut kementerian luar negeri Irlandia.
Perdana Menteri David Cameron mengumumkan bahwa ia telah meminta agar bendera-bendera di kantornya di Downing Street 10 dikibarkan setengah tiang "untuk mengenang para korban serangan teroris di Tunisia".
Peristiwa itu merupakan kehilangan terbesar Inggris dalam serangan teror sejak terjadinya pengeboman bunuh diri di sistem transportasi London pada 7 Juli 2005, yang menewaskan 52 orang.
Ada sekitar 20.000 warga Inggris yang mengikuti paket liburan saat serangan terjadi. Perusahaan-perusahaan wisata menyediakan penerbangan untuk membawa mereka yang ingin pulang ke negaranya.
Melalui nasihat perjalanan terbaru, Kementerian Luar Negeri mendesak para warganya yang masih berada di Tunisia agar berhati-hati dan mengatakan ada risiko terjadinya insiden-insiden lebih lanjut.
"Serangan teroris lebih lanjut di Tunisia, termasuk di tempat-tempat wisata, bisa saja terjadi, termasuk dilakukan oleh orang-orang yang tidak dikenal pihak berwenang dan yang aksi-aksinya terinspirasi oleh kelompok-kelompok teroris melalui media sosial," katanya.