REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif meninggalkan pembicaraan nuklir Iran yang kian dekat dengan tenggat waktu, Selasa (30/6).
Media Iran mengatakan Zarif melakukan perjalanan ke Teheran, Ahad (28/6) malam untuk melakukan konsultasi sebelum kembali mendorong terobosan di Wina, Senin (29/6).
Kepergian Zarif tersebut rupanya telah direncanakan sebagai kebutuhannya untuk mendapatkan petunjuk dalam melanjutkan isu-isu negosiasi para diplomat di Wina. Hasil negosiasi, Ahad (28/6), meminta Iran mematuhi tiga syarat yang diberikan.
Diantaranya, membatasi penelitian dan pengembangan atom, memeriksa situs nuklir iran termasuk militer jika diperlukan dan mengembalikan sanksi seandainya Iran melanggar komitmen. Untuk itu, Iran harus memberikan akses pada para ahli PBB untuk memantau kepatuhan negaranya.
Amerika Serikat bersikeras terhadap pemantauan Iran tersebut namun menunggu persetujuan negara terkait. Selain hal tersebut, adanya masalah lain yang belum terselesaikan kemungkinan membuat tenggat waktu perundiangan pada Selasa (30/6) tidak tercapai.
Salah satu masalah yakni terkait akses muncul dari Jenderal Iran Maasoud Zajayeri. Ia jelas tidak setuju dengan tiga syarat yang diberikan. Menurutnya, pemeriksaan pusat militer Iran oleh orang asing dilarang.
"Upaya AS dan sekutunya untuk memperoleh informasi militer Iran selama bertahun-tahun oleh tekanan sanksi tidak akan berhasil," katanya.
Para pejabat mengaku tidak bisa berspekulasi berapa hari lagi waktu yang dibutuhkan untuk pembicaraan ini. Namun Zarif mengatakan negosiasi seharusnya berakhir pada Selasa dengan kesepakatan.