Senin 29 Jun 2015 23:27 WIB

Harga Pangan Naik, Petani Malah 'Gigit Jari'

Petani melintasi sawahnya yang berada di Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (26/6).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Petani melintasi sawahnya yang berada di Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kementerian Petanian menyebutkan lonjakan harga pangan, ternyata tidak menguntungkan petani. Tetapi yang meraup untung selama ini adalah pedagang maupun distributor.

"Kasus seperti ini yang menjadi perhatian kami saat ini, ternyata jika terjadi lonjakan harga di pasaran harga dari petani tetap bahkan petani hanya bisa 'gigit jari; di saat harga pangan di pasar melambung, tetapi harga di tingkat petani malah turun," kata Direktur Jendral Hortikultura Kementan RI, Spudnik Sujono di Sukabumi, Senin (29/6).

Menurutnya, pemerintah saat ini mempunyai berbagai progam agar petani yang diuntungkan dengan fluktuasi harga, karena harus diakui hasil pertanian masih dikuasai oleh tengkulak. Belum lagi orang-orang yang mengambil untuk dari alur barang menuju pasar.

Karenanya, guna memutus mata rantai agar petani diuntungkan dan konsumen pun untung dengan harga barang yang tidak terlalu mahal, Kementan menggandeng Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk menyerap hasil pertanian.

Dengan kondisi seperti ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Presiden nomor 21 tahun 2015 tentang Patokan Harga. Inti dari perpres itu adalah untuk menentukan harga terendah dan tertinggi, bahkan jika ada spekulan yang sengaja menaikan harga melebihi batas yang sudah ditentukan maka akan dikenakan sanksi tegas.

"Harga pangan di pasar bisa dua sampai lima kali dibandingkan harga dari petani, yang seharusnya petani untung di sini tetapi kenyataannya malah pedagang, distributor bahkan spekulan yang memainkan harga pasar," tambahnya.

Spudnik mengatakan dengan panjangnya tata niaga perdagangan ini harus diputus, bahkan dengan tegas Presiden RI, Joko Widodo menginstruksikan agar alur barang dari petani ke pasar tidak terlalu banyak tangan sehingga bisa memutus mata rantai distribusi sehingga harga pangan bisa tetap stabil.

Dicontohkannya, saat ini harga cabai merah di tingkat petani Sukabumi hanya Rp 13 ribu, tetapi di pasar khususnya Keramat Jati, Jakarta mencapai Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu setiap kilogramnya.

"Ini yang seharusnya dipikirkan, kenapa petani yang menanam, memelihara hingga memanen harganya murah dan untungnya tipis dibandingkan mereka yang hanya menjual kembali," katanya.

Ke depannya, pihaknya mempunyai berbagai progam salah satunya menyediakan gudang pangan, sehingga hasil panen petani tidak lari ke tengkulak tetapi bisa didistribusikan sendiri dan yang mengatur harga adalah petani sehingga sampai ke pasar harganya tetap stabil.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement