REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Keluarga Nasional (Harganas) setiap 29 Juni, yang bertepatan bulan Ramadhan, seharusnya bisa menjadi titik tolak bagi keluarga Indonesia untuk terus berbenah. Selain itu, juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan ketahanan keluarga.
"Hari Keluarga Nasional yang bertepatan dengan Ramadhan ini seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya nilai keluarga," kata Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jazuli Juwaini di Jakarta, Selasa (30/6).
Sebagai unit terkecil yang menentukan kualitas bangsa, keluarga adalah lembaga utama dan pertama bagi pendidikan sumber daya manusia (SDM). Bahkan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang akar sejarahnya menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga.
Menurut Jazuli, pondasi pertumbuhan dan perkembangan bangsa haruslah berawal dari keluarga-keluarga yang berkualitas. "Keluarga ibarat batu bata bagi pembangunan bangsa," ujarnya.
Saat ini masih banyak pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia dalam membangun ketahanan keluarga. Di antaranya, rata-rata dalam satu jam terjadi 40 perceraian di Indonesia.
Selain itu, terang Jazuli, masih banyaknya kekerasan, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, radikalisme dan pudarnya semangat nasionalisme. "Itu semua merupakan wajah buruk tentang rapuhnya kondisi keluarga indonesia," terangnya.
Kematian Angeline di Bali, ujar dia, juga menambah daftar permasalahan keluarga Indonesia. Ia berharap ke depan tidak ada lagi keluarga dan anggotanya yang mengalami nasib serupa dengan keluarga Angeline.
"Makanya kami mengajukan RUU Ketahanan Keluarga untuk memperjuangkan keluarga Indonesia yang kuat dan bahagia," ujarnya.