REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah mengganti Direktur Utama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya. Pergantian tersebut dilakukan karena Basuki ingin kinerja PDAM menjadi lebih baik.
Sebelumnya, ia mengaku kecewa dengan kinerja PDAM Jaya. Dia ingin masyarakat Jakarta dari kalangan menengah ke bawah yang kesulitan mendapatkan air bersih dapat tercukupi pasokan airnya.
"Saya udah bilang berkali-kali. Ini orang susah menengah ke bawah, itu beli air satu gentong bisa Rp 1.000, untuk 20 liter," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (30/6).
Dia melanjutkan sementara apabila warga dapat membeli air dari PDAM akan diberikan harga yang lebih murah. Bahkan untuk satu liter air saja hanya dikenakan Rp 1.
"Kita jual air ke menengah ke bawah Rp 1 (per liter). Berarti orang yang susah ini diuntungin Rp 49 perak. Ini ada mafia, orang susah gak mau pasang air PAM langsung ke rumahnya," ujar Basuki.
Mantan bupati Belitung Timur ini mengatakan masyarakat tersebut tidak dapat memasang langsung karena dikenakan biaya hingga Rp 1,8 juta. Untuk itu Basuki ingin menaikkan harga per liter air, tapi warga tak perlu membayar biaya memasang saluran air bersih.
"Saya bilang kenapa gak hitung jual aja Rp 10 per liter. Tapi gak usah hitung biaya nyambung. Si orang susah masih untung Rp 40. Makanya kita harus ganti direksi. Kalau udah 2,5 tahun masih gini juga ya ganti," kata suami Veronica Tan itu.
Sebelumnya Dirut PDAM Jaya, Sri Widjayanto Kaderi, telah diganti dengan Erlan Hidayat pada Senin (29/6). Erlan sebelumnya menjabat direktur Administrasi dan Keuangan PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Sementara itu, mantan dirut PDAM, Sri Widjayanto Kaderi, kini tugasnya dipindahkan menjadi Anggota Badan Pengawasan Perusahaan Air Minum (BP PAM) Jakarta.