REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Perbankan dan Finansial Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, NTT perlu memacu pertumbuhan ekonominya dengan menjadikan pariwisata sebagai motor. Wisata, khususnya laut NTT sangat kaya dan unik.
"NTT pantainya, perikanannya bagus, lautnya juga sangat kaya dan indah. Sebagai pencinta diving, saya sangat mengenal alam bawah laut NTT yang indah," kata Rosan, Senin (29/6).
Kalau diibaratkan para diver dunia ada dua Makkah di Indonesia yakni Raja Ampat di Papua dan Labuan Bajo di NTT. Namun sayangnya yang di NTT belum dikelola baik.
Pengembangan sektor pariwisata memiliki efek berantai, baik bagi kas daerah maupun perekonomian rakyat secara langsung. Selain itu, pengembangan sektor wisata lebih murah secara ekonomi dibandingkan sektor industri.
“Untuk bangun industri, apalagi manufaktur, perlu waktu dan anggaran yang besar. Tapi, kalau pariwisata itu sudah ada, sudah menjadi milik kita, hanya perlu menyiapkan sarana dan prasarana pendukung dan pengelolaan dengan baik,” ujar Rosan.
Menurut proyeksi pemerintah, pada tahun 2019 sektor pariwisata akan menjadi sumber terbesar devisa negara. Pendapatan dari turis domestik maupun mancanegara perlu dijadikan target bagi pemerintah maupun swasta di NTT.
Infrastruktur pendukung sektor wisata perlu dibangun. Salah satunya adalah pelabuhan berstandar internasional yang bisa disandari oleh kapal-kapal pesiar dari luar negeri.
“Waktu saya di Labuan Bajo ada kapal pesiar yang mengangkut 2.000-an turis dari Eropa. Mereka menginap di dalam kapal dan menggunakan sekoci dari kapal untuk melakukan aktivitas diving, artinya kehadiran mereka tidak memberikan sesuatu pada masyarakat sekitar dan pendapatan bagi pemda."
Makanya fasilitas dan sarana pendukung pariwisata harus dibangun di sana. Ini harus dilakukan supaya pemda dan masyarakat setempat ikut menikmati efek ekonomi dari kehadiran wisatawan tersebut.