Selasa 30 Jun 2015 15:42 WIB

Pelaku Pemenggalan di Prancis Mengaku Bukan Ekstremis

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Tersangka pelaku pemenggalan kepala bosnya, Yassin Salhi saat digiring polisi dalam penyelidikan di Saint-Priest, dekat Lyon, Ahad (28/6).
Foto: reuters
Tersangka pelaku pemenggalan kepala bosnya, Yassin Salhi saat digiring polisi dalam penyelidikan di Saint-Priest, dekat Lyon, Ahad (28/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pria yang diduga memenggal bosnya dan mencoba meledakkan pabrik bahan kimia di Prancis, Yassin Salhi mengatakan ia tak memiliki motif agama dalam aksinya, Senin (29/6). Menurut sebuah sumber dalam penyelidikan, Salhi mengaku bukan seorang ekstremis.

Salhi bersikeras ia melakukan aksinya di luar kota Lyon pada Jumat pekan lalu. Salhi ditangkap di lokasi kejadian pada hari yang sama. Ia bisa ditahan hingga maksimal 96 jam sesuai hukum Prancis.

Polisi menangkapnya setelah menemukan foto selfie Salhi bersama kepala korbannya. Foto tersebut dikirim ke sebuah nomor milik warga Prancis yang terkait ISIS di Raqqa, Suriah.

Pihak berwenang Prancis mengatakan Salhi tercatat antara 2006 hingga 2008 sebagai seorang yang berisiko jadi radikal. Namun, ia tidak memiliki catatan kriminal.

Media lokal mengutip saksi yang mengatakan karakter Salhi tidak stabil. Mantan instruktur seni bela diri tersebut sering melakukan kekerasan pada sesama muridnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement