Selasa 30 Jun 2015 15:58 WIB

Hercules Jatuh di Medan, Tata Ruang Instalasi Militer Harus Dievaluasi

 Polisi mengamankan lokasi jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI AU di Medan, Selasa (30/6). (EPA/Dedi Sahputra)
Polisi mengamankan lokasi jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI AU di Medan, Selasa (30/6). (EPA/Dedi Sahputra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat miliet Al Araf mengatakan hukum internasional telah menganjurkan radius tertentu antara instalasi militer dengan instalasi sipil sehingga Indonesia perlu meninjau ulang jarak instalasi militer dengan permukiman penduduk.

"Ada yang disebut jarak humaniter. Instalasi militer memang seharusnya jauh dari permukiman penduduk dan instalasi sipil. Karena itu, pemerintah perlu mengevaluasi tata ruang instalasi militer Indonesia," kata Al Araf dihubungi di Jakarta, Selasa (30/6).

Pegiat Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan itu mengatakan kejadian pesawat milik TNI yang jatuh telah terjadi kesekian kali. Karena itu, dia menyatakan keprihatinannya terhadap keluarga pilot, awak maupun masyarakat sipil yang menjadi korban dalam kejatuhan Hercules jatuh di Medan.

Apalagi, pesawat tersebut jatuh di wilayah permukiman penduduk sehingga berpotensi menimbulkan banyak korban di pihak masyarakat sipil. Pesawat Hercules dengan nomor ekor A-1310 jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan, dekat Lanud Soewondo eks Bandara Polonia Medan pada Selasa sekitar pukul 11.00 WIB.

Pesawat tersebut jatuh di sebuah kompleks perumahan yang sedang dalam pembangunan di Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan. Kejadian tersebut menyebabkan sebagian rumah yang sedang dibangun di wilayah tersebut terbakar.

"Pesawat tersebut sedang melakukan penerbangan rutin, mengangkut prajurit," kata Panglima Komando Operasi TNI AU (Pangkoopsau) I Marsda TNI Dwi Putranto, saat dikonfirmasi wartawan, di Jakarta, Selasa.

Dwi mengatakan, pesawat nahas yang dikemudikan oleh Kapten (Pnb) Sandi itu mengangkut sekitar 12 awak. Mereka tinggal landar dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta sekitar pukul 06.00 WIB setelah sehari sebelumnya tiba dari Malang, Jawa Timur.

Rencananya, pesawat tersebut bertolak ke Pekanbaru, Riau lalu ke Medan, Sumatera Utara. Namun, saat mau melanjutkan ke Dumai (Riau), Tanjung Pinang (Kepulauan Riau) dan Pontianak (Kalimantan Barat), pesawat tersebut mengalami kecelakaan sekira pukul 11.48 WIB. "Itu rute harian pesawat, terakhir ke Pontianak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement