Selasa 30 Jun 2015 22:10 WIB

Legislator: Kaji Ulang Rencana Pencabutan Subsidi Elpiji

Red: M Akbar
Pekerja menata tabung elpiji ukuran 12 kilogram di salah satu agen di Jakarta, Rabu (4/3).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pekerja menata tabung elpiji ukuran 12 kilogram di salah satu agen di Jakarta, Rabu (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWEKERTO -- Anggota Komisi VI DPR RI Siti Mukaromah meminta pemerintah mengkaji ulang rencana pencabutan subsidi elpiji 3 kilogram karena masih banyak masyarakat miskin yang membutuhkan.

"Kalau pemanfaat elpiji 3 kg justru orang yang kelas menengah ke atas, logikanya ya enggak masalah kalau dicabut. Tapi kalau di lapangan pemanfaatnya betul-betul orang kelas bawah, saya pikir perlu dipelajari ulang," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (30/6) malam.

Menurut dia, pengkajian ulang itu harus dilakukan dengan melihat tingkat perekonomian masyarakat karena kemungkinan besar tingkatannya tidak sama satu daerah dengan daerah lain.

"Apakah kemudian subsidi dicabut secara merata keseluruhan atau misalnya kasuistik pada wilayah tertentu atau bisa enggak membuat sebuah regulasi ketat yang bisa mengatur pola siapa yang boleh memanfaatkan elpiji 3 kilogram," katanya.

Ia mengatakan jika hal itu dapat dilakukan, subsidi bisa tetap ada namun implementasinya harus jelas.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa saat sekarang, implementasi sebuah aturan susah dalam memberikan sanksi.

"Sekarang ini banyak aturan yang dibuat tetapi implementasinya memang sangat kurang. Jadi ketika subsidi elpiji dicabut secara umum, saya pikir perlu dikaji ulang," tegasnya.

Lebih lanjut, anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari Daerah Pemilihan Jateng VIII yang meliputi Kabupaten Banyumas dan Cilacap itu mengaku menerima keluhan dari masyarakat Banyumas bagian barat terkait kelangkaan elpiji 3 kg pada bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, dia menyempatkan diri untuk datang ke Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Selasa (30/6) sore, untuk mengecek kabar terkait kelangkaan elpiji 3 kg.

Dalam pantauan di tingkat konsumen maupun stasiun pengisian bulk elpiji (SPBE), dia mendapat informasi jika mereka sebenarnya mendapat tambahan pasokan sebanyak 10 persen dari kondisi normal.

"Mereka juga mengaku tidak tahu persis adanya kelangkaan di tingkat konsumen. Ini karena sebelum sampai tingkat konsumen, ada pintu lagi berupa pangkalan dan pengecer," katanya.

Menurut dia, ada beberapa dugaan penyebab terjadinya kelangkaan elpiji 3 kilogram di antaranya peningkatan permintaan dari konsumen seiring dengan datangnya bulan puasa Ramadhan.

Dia mencontohkan jika biasanya masyarakat menggunakan elpiji 3 kilogram untuk memenuhi kebutuhan selama lima hari namun karena mereka memiliki bisnis musiman pada bulan Ramadhan, penggunaan bahan bakar gas bersubsidi itu menjadi lebih maksimal.

"Ketika tingkat penggunaannya naik 20 persen namun SPBE hanya menyiapkan 10 persen, maka kelangkaan itu akan tetap terjadi," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement