REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Angka perekonomian Bali hingga Mei 2015 tumbuh cukup bagus, bahkan mengalami pertumbuhan di atas angka rata-rata nasional. Salah satu indikatornya kata Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bali, Zulmi, terlihat dari angka penyaluran kreditnya.
"Kalau diukur year to year angka kredit di Bali pada Mei 2015 tumbuh sebesar 14,2 persen, sementara agka pertumbuhan nasional hanya 7,26 persen," kata Zulmi di Denpasar, Bali, Selasa (30/6).
Hal itu dikemukakan Zulmi menjawab wartawan pada acara berbuka puasa bersama pejabat di lingkungan OJK Bali dengan para wartawan media lokal maupun nasional di Bali. Menurut Zulmi, masih ada indikator lainnya, yang semuanya menunjukkan bahwa perekonomian di Bali masih tumbuh dan cukup menggembirakan.
Zulmi mengakui kalau para pedagang mengeluh karena produksiya seret dan penjualan menurun. Itu katanya, dirasakan semua orang yang memang merisaukan dampak pelemahan ekonomi secara global. "Kalau diurut-urut kaitannya panjang, tapi kita bersyukur, karena Bali masih punya sektor andalan, yakni sektor pariwisata," katanya.
Untuk mengerem masyarakat memborong dolar AS akibat meningkatnya nilai tukar, pemerintah telah menaikkan suku bungan simpanan, untuk menghimpun rupiah lebih banyak. Namun hal itu berakibat pada naiknya suku bunga pinjaman, sehingga mengganggu pencairan kredit.
"Kalau kredit seret, masyarakat kan tidak punya uang untuk berbelanja. Jadi ini lingkaran juga, penyebab melemahnya ekonomi secara nasional," kata Zulmi.
Khusus untuk Bali, dikatakan Zulmi, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, justru mendorong minat wisatawan asing datang ke Bali. Sehingga sampai saat ini tingkat hunian hotel di Bali masih mencapai 70 persen. "Itu angka yang lumayan bagus," katanya.