REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Keluarga para korban pesawat Hercules tipe C-130 yang mengalami kecelakaan di Medan, Selasa, terus menunggu kabar dan terus memantau televisi terkait kecelakaan pesawat tersebut.
Sanparto, ayah Pelda Parijo, sampai sekarang masih menunggu kabar selanjutnya dari kantor anaknya. Ia juga tidak pernah lepas dari televisi untuk memantau berita soal kecelakaan pesawat yang ditumpangi anaknya tersebut.
"Ketika mau berangkat, dia tidak bilang apa-apa dan tidak ada firasat apa-apa," kata Sanparto di rumah duka di Komplek Perumahan TNI AU Kartanegara (Pagas) Desa Tamanharjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Pelda Parijo hanya bilang mau terbang ke Pontianak selama tiga hari. Dia hanya meminta dirinya membelikan pakan burung saat ditinggal pergi. Pelda Parijo yang bertugas sebagai juru mesin II itu juga ikut dalam rombongan pesawat Hercules yang jatuh di Medan, Sumatera Utara tersebut. Pelda Parijo meninggalkan seorang istri dan dua anak.
Sanparto mengatakan dirinya mendapatkan kabar soal jatuhnya pesawat dari kantor anaknya pada siang hari. Ia terakhir berkomunikasi dengan anaknya Senin (29/6) sore. Ketika itu anaknya sudah berada di Jakarta. Dia bilang sedang berada di rumah adiknya di Jakarta.
Suasana duka juga menyelimuti kediaman Pembantu Letnan Satu (Peltu) Ngateman yang berlokasi tidak jauh dari kediaman Pelda Parijo, yakni di Desa Tamanharjo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Peltu Ngateman juga merupakan satu dari 12 kru pesawat Hercules C-130 milik Skadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh.
Di depan rumah Ngateman sudah terpasang tenda dan kursi yang tertata rapi. Beberapa pelayat dan kerabat juga terlihat berdatangan di rumah Ngateman. Ngateman tinggal di rumah itu bersama istrinya, Umi Kulsum dan dua putranya.