REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Pasukan Israel menangkap puluhan anggota Hamas, yang diduga merencanakan sejumlah serangan dan mengembangkan jaringan di wilayah Tepi Barat, kata badan keamanan negara Yahudi itu, Shin Bet, pada Rabu (1/7).
Hamas membantah tudingan terhadap anggotanya tersebut dan balik menuduh Israel berupaya menyabotase hubungan organisasi itu dengan sejumlah negara Arab.
Pernyataan Shin Bet itu disampaikan beberapa hari setelah penembakan di permukiman Yahudi pada Senin. Belum ada kelompok Palestina mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut dan Israel menduga serangan itu dilakukan bukan oleh kelompok tertentu.
Menurut keterangan Shin Bet, sekitar 40 anggota Hamas ditahan di sekitar kota Nablus sepanjang beberapa bulan belakangan atas dugaan pembaruan kegiatan Hamas di Samaria (bagian utara Tepi Barat), termasuk persiapan kegiatan terorisme.
Shin Bet menjelaskan bahwa para tahanan itu sebelumnya menerima perintah dari Hussan Badran, juru bicara Hamas di Qatar, sekaligus sejumlah dana yang 'dicuci' melalui penjual emas di Yordania.
Hamas, yang saat ini menguasai daerah Jalur Gaza, seringkali dituduh berupaya mengambil alih kepemimpinan di wilayah Tepi Barat, yang saat ini diperintah oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan mendapat dukungan dari Amerika Serikat.
Kubu Abbas dan Hamas hingga kini masih belum bisa membangun kepercayaan satu sama lain meski keduanya pernah berupaya membentuk pemerintahan bersama pada tahun lalu. Dalam hubungannya dengan Israel, Hamas pada Rabu lalu menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan perang suci melawan negara Yahudi.
"Tapi pada saat yang bersamaan, kami membantah adanya hubungan antara Hussan Badran dengan gerakan perlawanan di Tepi Barat," kata juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri.
Shin Bet mengungkapkan bahwa para tahanan akan diadili dalam pengadilan militer dalam waktu dekat. Tidak diterangkan bagaimana anggota Hamas tersebut dapat membela diri di meja hijau.