REPUBLIKA.CO.ID, Tidur adalah kebutuhan setiap manusia. Tidur adalah cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan rohani. Namun, menjadikan bulan puasa sebagai bulan tidur dan kemalasan, rasanya tidaklah tepat.
“Memang tubuh agak berat pada minggu-minggu pertama. Kalau pada hari-hari biasa dia bangun jam lima, sekarang lebih pagi jam tiga. Apalagi sebagian besar dari kita juga tetap bekerja,” kata dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB, Kamis (2/7).
Ari melanjutkan, karena itu wajar bila siang hari sekitar pukul 11.00 kantuk menyerang. Namun, itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Tubuh memiliki irama sirkadian, sebuah siklus harian dalam proses fisiologis makhluk hidup. Ritme ini penting untuk menentukan pola tidur dan pola makan.
Setelah lewat satu minggu, jelas Ari, tubuh akan menyesuaikan dengan irama tersebut. Yang menjadi masalah, kalau kita membiarkan tubuh untuk banyak tidur di siang hari. Pasalnya, irama sirkadian juga akan mengikutinya hingga menjadi kebiasaan. Kita akan selalu merasa mengantuk di siang hari.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam di RS Cipto Mangunkusumo ini, selama Ramadhan memang waktu tidur relatif berkurang. Tapi, itu bisa diatur. Tidur selama 5-6 jam di malam hari cukup bagi tubuh. Ia mencontohkan, tidur pukul 22.00, lalu bangun pukul 03.00. Siangnya, cukup tidur seperempat atau setengah jam saja. Jangan sampai tidur berjam-jam.
Alih-alih ibadah, tidur berlebihan di siang hari justru tidak baik bagi kesehatan. Pertama, kata Ari, tubuh akan lemas dan malas. Kedua, irama sirkadian akan kacau. Tubuh akan selalu meminta untuk tidur pada siang hari karena sudah kita biasakan.
Menanggapi hadits Rasulullah terkait pahala orang tidur saat puasa, Ari menilai tidur adalah ibadah. Andaikata dengan tidak tidur lalu bergunjing atau melakukan perbuatan tidak bermanfaat, maka puasanya jadi sia-sia. Tapi, kalau saat tidak tidur dan melakukan aktivitas positif, nilai ibadahnya lebih tinggi. Misalnya, mengaji Alquran, shalat, bekerja, dan lain-lain.
“Kita memang tidak dilarang tidur saat berpuasa. Tapi, juga harus diatur dan diantisipasi supaya waktu aktivitas dengan waktu tidur tidak terlalu jomplang,” kata Ari.