Kamis 02 Jul 2015 15:28 WIB

Asmi: Hanya Ada Satu Tuhan dalam Islam

Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto: onislam.net
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Masjid Bani Umar Bintaro menjadi saksi syahadat Asmi. Keputusan Asmi memeluk Islam berawal dari ketertarikannya dengan Islam sejak dua tahun lalu.

Saat itu, ia bekerja sebagai pramuniaga di salah satu perusahaan. Ia melihat teman sesama profesinya yang mayoritas beragama Islam sangat sopan dalam berbusana. Mereka menutup aurat dan mengenakan hijab meski sedang dalam keadaan bekerja. Tampilan yang ditunjukkan oleh rekan seprofesinya inilah yang membuat ia tertarik untuk mengetahui Islam lebih lanjut.

Menurut pengakuan Asmi, setelah ia merasa tertarik dengan Islam, ia mulai mempelajari Islam dari berbagai sumber, buku-buku maupun dari jejaring internet. Saat proses pembelajaran yang dia lakukan itulah ia menemukan sesuatu penjelasan yang sangat menarik tentang Tuhan.

Asmi mengemukakan bahwa ketika itu ia baru tahu bila dalam agama Islam Tuhan hanyalah Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Berbeda dengan konsep Tuhan yang ada pada agama Kristen yang mana terdapat Tuhan Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

“Saya seperti memperoleh keyakinan baru ketika mengetahui bahwa Tuhan dalam Islam hanyalah Allah. Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Berbeda dengan agama yang saya anut. Ini tentunya menunjukkan keesaan dan kekuasaan Tuhan atas segala sesuatu. Ia tidak memerlukan pertolongan atau bantuan dari Tuhan-Tuhan yang lain.”, kata Asmi.

Kebimbangan tentang konsep Tuhan inilah yang membawanya perlahan yakin akan kebenaran Islam. Sejak dipindahtugaskan dari Bogor ke Tangerang Selatan dan berpisah dari keluarganya, Asmi memutuskan untuk semakin fokus mempelajari Islam.

Ia pun dengan berani memutuskan untuk mengenakan jilbab sebagai sebuah komitmen yang ia bangun ketika memutuskan mendalami Islam. Akhirnya, setelah melalui pendalaman selama bertahun-tahun, ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk Islam.

Alhamdulillah, tepat pada tanggal 29 Juni 2015, Asmi datang ke Pesantren An Naba Center. Ia mengutarakan keinginannya untuk memeluk Islam. Kepada pimpinan pondok pesantren KH. Syamsul Arifin Nababan, Asmi mengaku ingin segera mengucapkan kalimat syahadat.

Setelah melalui serangkaian dialog pendalaman untuk mengetahui keseriusan Asmi untuk menjadi mualaf, pak Kiai kemudian menyambut keinginan Asmi untuk mengucapkan kalimat syahadat. Ditengah jadwal kegiatan dakwah kiai yang sangat padat, akhirnya Asmi pun diajak ke Mesjid Bani Umar Bintaro tempat kiai menyampaikan dakwah, sekaligus mengucapkan kalimat syahadat.

Setibanya di Mesjid Bani Umar dan usai melakukan shalat sunnah tarawih, Asmi disyahadatkan dihadapan para jamaah mesjid. Ratusan pasang mata melihat Asmi dan kemudian memberikan selamat usai pengislaman dilaksanakan. Pak kiai kemudian berpesan kepada Asmi bahwa sebagai seorang Muslim, Asmi wajib menjalankan rukun-rukun Islam dan mengimani rukun-rukun iman.

Beliau juga berpesan bahwa ketika nanti keluarga tahu dan kemudian mendapatkan teror juga intimidasi jangan pernah goyah keimanan terhadap Islam, karena setiap orang yang beriman kepada Allah akan diuji keimanannya.

Asmi pun kemudian resmi menjadi penganut Islam dan menyandang status sebagai mualaf.

Ia adalah orang ketujuh yang disyahadatkan oleh pak Kiai pada bulan Juni ini. Sebagai doa agar perjalanan keimanan Asmi diberkahi oleh Allah, maka ia pun kemudian diberi nama Aisyah yang berarti ummul mu’minin, istri Nabi Muhammad SAW.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement