Jumat 03 Jul 2015 09:45 WIB

NU: Islam Akomodasi Tradisi, Jadi Kita Boleh Tahlilan

Nahdlatul Ulama.
Nahdlatul Ulama.

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Agama Islam mengajarkan kepada manusia untuk memberikan ruang bagi perkembangan tradisi dan budaya bangsa yang memberikan kemaslahatan kepada umat, kata Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Ahmdad Madjidun.

"Islam tetap memberi ruang atas tradisi masing-masing suku atau bangsa yang memang positif dan memberi maslahat kepada umat," katanya di Magelang, Jumat (3/7).

Madjidun mengemuakan hal itu terkait dengan makna peringatan Nuzulul Quran 1436 Hijriah atau pada bulan suci puasa Ramadhan hari ke-21. Nuzulul Quran sebagai peringatan atas turunnya Al Quran untuk manusia.

Pada kesempatan itu, ia mengajak umat Islam untuk memperhatikan salah satu ayat Al Quran untuk kemudian merenungkan maknanya secara saksama.

"Sesungguhnya Aku (Allah,) menciptakan kamu (segenap manusia) terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan, dan Aku (Allah) menjadikan kalian (manusia) bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling (taaruf) memahami," katanya ketika mengutip salah satu ayat dalam Alquran.

Ia mengemukakan melalui ayat tersebut, Allah SWT menghendaki umat manusia menguatkan kesadaran terhadap nation state dan lokalitas kesukuan dengan tradisi budaya kehidupannya yang berbeda-beda. "Di sinilah Islam Nusantara, Islam Jawa, Islam Dayak, Islam Aceh, Islam Bugis, menemukan sunnatullah sebagaimana termaktub dalam ayat tersebut," katanya.

Ia mengatakan tentang kesatuan Islam dengan realitas kehidupan umat Islam yang beragam, sesuai dengan tradisi budaya kehidupan sehari-hari.

"Islam satu iya, tapi tradisi dan budaya umat Islam sangat beragam sesuai tradisi suku atau bangsa si Muslim. Misalnya saya Muslim tapi suku saya Jawa, ya saya berbahasa dan berpakaian sebagaimana orang Jawa. Saya bangsa indonesia, maka salah satu ekspresi iman saya adalah cinta Tanah Air Indonesia," katanya.

Dia mengemukakan, Islam mengakomodasi kekayaan tradisi dan kearifan lokal sebagai salah satu rujukan etika sosial kehidupan umat. "Jadi kita boleh tahlil, sebab tahlil itu intinya mengagungkan nama Allah, membaca ayat-ayat Alquur'an dan berdoa dengan tata cara lokal atau tradisi," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement