REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas berita, bahwa Beijing telah menanamkan pembatasan segmen populasi Muslim selama bulan suci Ramadan.
“Kami sedih mendengar laporan umat muslim Uighur Turki dilarang memenuhi tugas agamanya,” katanya.
Slogan-slogan para demonstran seperti “neraka hidup panjang untuk para penyiksa orang di dunia" teriak para demonstran. Kepala Cabang AGD Antalya Siddik Uyar telah mengklaim dalam sebuah pernyataanya, bahwa lebih dari 100 Uighur Turki telah menjadi martir di Cina mencoba mengikuti agama mereka.
Dia menambahkan bahwa umat Islam di Cina juga telah dipaksa untuk minum alkohol. “Umat Muslim harus mulai boikot dan berhenti membeli produk-produk Cina,” kata ketua Asosiasi Hak Asasi Manusia Pembela, Ali Akbas, seperti yang dilansir. Anadolu Agency. Kamis (02/7).
Dia menambahkan, pihaknya juga ingin Turki merevisi perjanjian politik dan ekonomi dengan Cina. “Kecuali negara tersebut mengakhiri penyiksaan Uighur," katanya.