REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif dalam sebuah unggahan di YouTube mengatakan perjanjian komprehensif atas program nuklirnya tidak akan pernah mengalami kemajuan.
Padahal Zarif mengaku kesepakatan itu dapat membuka cara baru mengatasi tantangan umum, seperti ekstremisme di Timur Tengah. Dalam video dirinya yang diunggah ke media sosial, Zarif juga menuntut negara-negara kekuatan dunia berhenti memaksa dan menekan Iran dalam perundingan nuklir.
"Iran siap menyerang kesepakatan karena negosiator tak pernah dekat dengan hasil perundingan," katanya, seperti dilaporkan BBC News, Sabtu (4/7).
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry mengatakan dirinya siap memajukan kesepakatan nuklir Iran. Namun, dia mengaku masih banyak hal-hal lain yang perlu dilakukan sebelum sampai pada titik kesepakatan.
Negara kekuatan dunia, yakni AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Rusia, serta Cina kembali harus menjalankan perundingan nuklir Iran yang sensitif. Mereka semua berharap Iran tidak mengembangkan nuklirnya untuk kebutuhan persenjataan.
Iran mengklaim program nuklirnya bertujuan untuk damai. Salah satunya, seperti kata Zarif, yaitu menumpas gerakan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang ada di Timur Tengah.