Ahad 05 Jul 2015 05:59 WIB

Buku Ini Ungkap Kejahatan Perang Jepang Terhadap Ilmuwan Indonesia

Romusha (ilustrasi)
Romusha (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Sangkot Marzuki bersama Direktur Eijkman-Oxford Clinical Research Unit di Jakarta J Kevin Baird meluncurkan buku "War Crimes in Japan-Occupied Indonesia: A Case of Murder by Medicine" yang mengungkap kematian 900 romusha pada Juli 1944.

"Kami bukan sejarawan, kami catat dalam buku bahwa kami tidak memiliki kompetensi menulis sebagai sejarawan. Tapi kami ilmuwan, keistimewaannya justru kami bisa menjelaskan tentang kompleksitas kuman tetanus yang disebutkan menjadi penyebab tewasnya 900 romusha di Klender pada 1944," kata Sangkot saat peluncuran buku di makam kehormatan Belanda di kawasan Ereveld Ancol, Jakarta, Jumat (3/7).

Sangkot mengatakan tujuh dekade cerita tentang ketidakadilan yang menimpa Prof Dr Achmad Mochtar, direktur pribumi pertama dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada masa Perang Pasifik berkecamuk tidak pernah terdengar.

"Perlakuan sejarah seperti ini belum pernah dilakukan karena bukan ilmuwan yang biasanya menulis buku-buku seperti ini, sehingga hilang daya ungkit untuk analisa ilmiah kuat atas niat dan kebohongan peristiwa seperti ini. Kami mencoba jelaskan kelemahan teknis tersebut secara awam, kami ingin membidik pembaca yang lebih luas," katanya.

Pertanyaan sejak awal yang muncul saat penulisan buku ini dilakukan adalah untuk apa ini dibuat. "Kita perlu membersihkan nama Mochtar. Tapi semakin ke sini semakin kuat ini (rehabilitasi nama Prof Dr Achmad Mochtar) harus dilakukan," tegas Sangkot.

Sekjen AIPI Budhi M Suyitno mengatakan AIPI mendukung diungkapnya kisah pengorbanan Prof Dr Achamd Mochtar untuk meluruskan sejarah perang dan merehabilitasi para korban. Cerita ini akan terpendam selamanya jika dua penulis buku setebal 328 halaman ini tidak berani merangkum molekul-molekul kehidupan tersebut.

"Mereka sadar yang dikerjakan bertentangan dengan opini yang beredar. Semangat mereka mudah-mudahan dapat membuka kejadian kelam yang sama di belahan dunia lain," ujar Budhi.

Sejarawan sekaligus pendiri dan Direktur Komunitas Bambu JJ Rizal mengatakan melalui buku ini semua dipaksa mengingat, bukan cuma cerita soal Prof Mochtar tapi juga tentang kejahatan kemanusiaan lain yang dialami para jugun ianfu dan romusha.

"Jugun ianfu dan romusha itu kenangan gelap. Jadi buku ini juga ingin mengingatkan kita tentang kemanusiaan," ujar Rizal.

Dari buku ini pula, menurut dia, pembaca akan juga disadarkan bahwa bangsa ini juga memang dibangun oleh mereka yang terdidik sebagai dokter. "Cerita ini tidak hanya menyentuh wong cilik, tapi juga wong elit".

Buku yang sebelumnya telah diluncurkan di Amerika Serikat pada 15 Mei 2015, dan diterbitkan oleh Potomac Books. Untuk saat ini buku dapat dipesan di Amazon, Kindle, dan Periplus.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement