Ahad 05 Jul 2015 09:25 WIB

Angin Dashyat Hancurkan Kaum Ad (Habis)

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
angin hudhud
Foto: republika
angin hudhud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup mereka melahirkan sikap sombong. Hanya mengikuti kepentingan–kepentingan khusus. Lalu salah satu pembesar dari mereka berkata, “Tidakkah Nabi sama seperti kita, dia makan apa yang kita makan, dia minum apa yang kita minum? Bahkan, karena kemiskinannya, dia makan dan minum lebih sedikit dari apa –apa yang kita makan.

Ia menggunakan gelas dari tempat biasa, tapi kta minum dari gelas-gelas yang terbuat dari perak dan emas. Bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran sedangkan kita dalam kebatilan?” Kemudian, salah seorang pembesar juga bertanya, “Bukankah juga aneh, Allah memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?”

“Apa yang aneh di mata Allah? Allah mencintai kalian, Allah mengutusku untuk mengingatkan kalian. Sungguh, pasti kalian masih ingat dengan cerita perahu Nabi Nuh. Orang-orang yang menetang Allah, akan dihancurkan.” Jelas Nabi Hud

“Siapa yang akan menghancurkan kami wahai Hud? Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami.”

Nabi Hud kembali menjelaskan dengan penuh kayakinan, bahwa hanya Allah yang dapat menyelamatkan mereka. Sedangkan yang apa-apa yang ada di muka bumi tidak ada satupun yang dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah SWT.

Mereka justru menganggap Nabi Hud gila dan idiot dengan apa yang dipaparkannya. Justru mereka mengatakan, “Sekarang kami memahami kegilaanmu. Itu semua karena tuhan kami telah marah kepadamu, dan kemarahannya menjadikan engkau gila.”

Sampai batas inilah mereka menganggap Nabi Hud mengigau, sehingga apa-apa yang diingatkan Nabi Hud tidak lagi mereka dengar.  Nabi Hud pasrah kepada Allah SWT terhadap orang-orang yang mendustakan dakwahnya.

Sebagai peringatannya yang terakhir, Nabi Hud menyampaikan kepada kaumnya. Nabi Hud hanya melaksanakan amanah dan menyampaikan kebenaran agama yang harus disembah, jika kemudian mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah akan mengganti mereka dengan kaum sesudah mereka. Dengan demikian, berarti azab akan datang.

Kemudian terjadilah masa kekeringan yang panjang di muka bumi ini. Langit tidak pernah menurunkan hujan, sedangkan matahari menyengat sangat kuat laksanapercikan-percikan api yang menimpa kepala mereka.

Beberapa dari kaumnya ada yang datang menemui Nabi Hud, “Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?”

Dengan sabar Nabi Hud menjelaskan, “Sesungguhnya Allah murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah akan rela mengirimkan nikmatnya dan kembali menurunkan hujan untuk kalian.”

Dari jawaban Nabi Hud, bukannya mereka tobat justru mereka semakin menjadi-jadi menganggap Nabi Hud gila. Semakin mengejek dan semakin menentang. Kekeringan semakin meningkat, pohon-pohon menjadi kuning lalu tanaman-tanaman telah mati.

Lalu satanglah suatu hari di mana awan besar menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud bergembira. mereka keluar rumah memandang langit dan meyakini hujan akan turun. Tiba-tiba udara berubah, yang awalnya panas dan kering kerontang menjadi dingin dan sangat dingin. Kemudian angin mulai meniup degan kencang, semua benda bergoyang. Angin seperti itu terjadi terus menerus, pagi siang malam dan berhari-hari. Bahkan, setiap saat semakin dingin.

Mereka mulai berlari. Mencari tenda-tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup kencang dan menghancurkan tenda-tenda orang kafir tersebut. Angin juga menghancurkan pakaian dan kulit mereka. Setiap angin betiup, ia mengahncurkan dan membunuh apa saja di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari, kemudian angin berhenti atas izin Allah.

“Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus; maka kamu lihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS. al-Haqqah: 7).

Tidak ada yang tersisa dari kaum Nabi Hud. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman pada Allah, selamat. Sedangkan, orang-orang yang menentang dakwah Nabi Hud binasa dalam badai tujuh malam dan delapan hari itu.

Sumber: Sejarah Nabi-Nabi Allah, Ahmad Bahjat, Lentera

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement