REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi, mengumumkan bahwa negaranya sedang dalam kondisi darurat selama 30 hari mendatang. Pengumuman ini dibuat setelah pembunuhan terhadap 38 warga di sebuah resor tepi pantai negara tersebut.
"Kami telah mengumumkan keadaan darurat. Serangan teroris terakhir dan ancaman terus menerus lainnya menempatkan negara dalam kondisi seiaga," kata Essebsi dalam pidato yang ditayangkan televisi nasional.
Menurut Essebsi, serangan di Sousse yang diklaim oleh Negara Islam adalah serangan terburuk terhadap wisatawan dalam sejarah Tunisia. Hal itu mengancam industri yang menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 15 persen penduduk.
"Kami membutuhkan investasi asing, namun saat ini tidak memiliki suasana yang aman untuk itu. Dulu, terorisme hanya terjadi di pegunungan. Sekarang, para teroris sudah menyasar kota-kota kami,” tambah Essebsi.
Pejabat Tunisia mengatakan, seorang pria bersenjata dalam serangan di Sousse diidentifikasi sebagai Seifeddine Rezgui. Dia merupakan prajurit yang telah dilatih di Libya.