Ahad 05 Jul 2015 13:22 WIB

Kereta Singa Barong Keraton Cirebon Berteknologi Mobil Modern

Rep: c 94/ Red: Indah Wulandari
Replika Kereta Singa Barong, Cirebon
Foto: antaranews
Replika Kereta Singa Barong, Cirebon

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Kerajaan Islam Cirebon yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah pada abad ke-15 ternyata sudah memakai sistem kerja serupa kendaraan beroda empat untuk hilir mudik.

 Kendaraan yang menggunakan roda empat ini pada masa itu ditarik menggunakan hewan untuk menjalankannya.

 

"Usiannya kini sekitar 446 tahun. Dibuat oleh putra  keraton untuk kirab ditarik oleh empat ekor kebo bule,"kata pemandu keraton kesultanan Cirebon Elang Herianto  saat ditemui Republika di kompleks Kesultanan Cirebon, Sabtu (4/7).

 

Yang unik, bentuk kereta kuno tersebut menyerupai tiga binatang yang digabung menjadi satu. Yakni, gajah dengan belalainya, bermahkotakan naga, dan bertubuh burak.

Belalai gajah, ujar Elang, merupakan tanda persahabatan dengan India yang berbudaya Hindu, kepala naga melambangkan persahabatan dengan Cina dengan kultur Buddha, dan badan burak lengkap dengan sayapnya, melambangkan persahabatan dengan Mesir yang mayoritas beragama Islam.

 

Perwujudan tersebut dikutip dari buku  Paguyuban Seni Dan Budaya Wijaya Kusuma Keraton Kasepuhan Cirebon menggambarkan penglihatan adik Sultan Cirebon II, Pangeran Losari. Ia melihat sesosok mahluk terbang melintasi angkasa dengan sepasang sayap yang indah.

 Mahluk tersebut berbadan singa namun berkepala naga dengan belalai menyerupai gajah yang menggenggam sebilah trisula. Itulah sosok mahluk prabangsa (purba).

 

"Ketika hal tersebut disampaikan kepada sang kakak, Panembahan Ratu I, gambaran mahluk tersebut menjadi dasar ide desain untuk membuat kereta kerajaan baru, sebagai ganti dari pedati Gede Pekalangan,"kata Elang.

 

Melalui arsiteknya, Ki Natagana atau yang lebih dikenal dengan julukan Ki Gede Kaliwulu, dibuatlah sebuah kereta kerajaan bernama kereta Singa Barong yang selesai dibuat pada tahun Jawa 1571 Saka (1649 Masehi) dengan sengkalan (kode) tahun Saka: Iku Pandhita Buta Rupane (Itu Pendeta Raksasa Wujudnya).

 

Elang mengatakan, tahun 1991 para ahli  dari Leiden, Belanda yang meneliti kendaraan tersebut. Mereka  berpendapat desain kendaraan dari kereta Singa Barong telah memiliki teknologi cukup canggih pada masanya yang telah banyak digunakan oleh kendaraan-kendaraan masa kini.

 

Elang mengungkapkan, kereta Singa Barong memiliki warna yang sempurna karena dilapisi serbuk intan emas yang merupakan cikal bakal di teknologi modern dinamakan metalik.

 

Kereta tersebut juga memiliki suspensi sempurna, yang dapat meredam guncangan kereta saat melalui jalanan berbatu atau rusak. Sistem powersteering dan desain keempat bannya yang persis seperti mobil saat ini membuat kendaraan itu nyaman saat digunakan. Hal tersebut juga didukung dengan desain roda yang diciptakan sesuai dengan suspensi yang dimiliki kereta, sehingga dapat berputar secara stabil.

Roda kereta ini juga didesain untuk menghadapi kondisi jalan becek. Sehingga posisi roda dibuat menonjol dari jari-jarinya agar terhindar dari cipratan air saat melaju.

 

"Kereta ini juga memiliki kemudi yang menggunakan sistem hidrolik, sehingga mudah dikemudikan oleh sais. Bahkan kedua sayap yang dimiliki oleh kereta ini dapat bergerak, seperti kepakan saat kereta berjalan,"ujar Elang.

 

Dengan segala kenyamanan yang dimilikinya, pada masa kesultanan dulu, Singa Barong dijadikan kendaraan dinas Sultan untuk berkunjung ke wilayah pemerintahannya hingga ke pelosok daerah. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kerbau bule, yang diyakini memiliki kekuatan lebih dibanding jenis kerbau biasanya.

 

Saat ini kereta Singa Barong sudah tidak lagi digunakan dan disimpan di dalam museum Keraton Kasepuhan sejak tahun 1942, beserta benda-benda pusaka milik keraton lainnya.

 

Meski begitu,  Elang mengatakan,telah dibuat replika dari kereta ini yang dapat kita lihat menyelusuri jalanan pada momen-momen tertentu, seperti pada Festival Keraton Nusantara.

Sejak tahun 1942 kereta ini hanya dikeluarkan pada tanggal 1 Syawal untuk dimandikan. Kereta ini sangat menarik karena memperlihatkan hasil karya teknologi yang tinggi. Sistem suspensi hidrolik yang dibangun dengan kayu dan baja itu memungkinkan kenyamanan pemakaian si pengguna.

 

"Kayu yang digunakan adalah kayu ulin atau dikenal kayu besi dari Kalimantan,"katanya.

 

Kendaraan ini membuktikan bahwa enam abad yang lalu sudah ada teknologi yang begitu maju yang sangat menakjubkan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement