REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kondisi mental bangsa Indonesia di tengah keterpurukan ekonomi harus digugah kembali melalui semangat berdaulat para pemimpinnya yang pandai mengambil hikmah dari isi Alquran.
“Jika dipandang dari kaca mata keagamaan, seharusnya hal ini tidak menjadi persoalan jika para pemimpin tahu resepnya dan bagaimana menghadapinya,” kata pimpinan Arrahman Quranic Learning (AQL) Islamic Center Ustaz Bachtiar Nasir, akhir pekan lalu.
Menurutnya, jika para pemimpin bangsa ini berkeyakinan bahwa hanya kepada Allah bersandar untuk menyampaikan keinginan, maka kedaulatan Indonesia dari segala sisi akan menjadi milik bangsa.
Dia mengingatkan kepada para pejabat negara agar tetap berdaulat dalam pikiran, sehingga bangsa Indonesia dan Tanah Air berdaulat secara teritorial, pemerintahan, ekonomi, militer, sosial, dan segala aspek kehidupan.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengimplementasikan Alquran dalam kehidupan ini. Menurutnya, Indonesia ada karena para pendiri bangsa ini berkeyakinan bahwa semua itu diraih atas berkat dan rahmat Allah sebagaimana dalam pembukaan UUD.
"Katakan, Qul Huwallahu Ahad. Katakan, kedaulatan bangsa berdiri bukan karena turunnya dolar sebagai indikator utama perekomomian bangsa ini, bukan pula karena bantuan negara-negara lain," katanya.
Sebagaimana dalam sejarah, turunnya Alquran memang sudah mendesak diturunkan saat itu agar menjadi resep peradaban manusia.
"Ada yang menarik, kenapa yang turun pertama kali saat itu bulan ayat politik? Bukan ayat ekonomi? Yang turun adalah iqro (Bacalah) yaitu ilmu. Disinilah implementasi ayat-ayat Alquran dalam sisi kehidupan manusia," katanya.
Dari turunnya ayat pertama itu, ada dua ilmu yang harus dipelajari bagi umat Islam di Tanah Air. Indonesia akan sampai pada peradaban jika dua ilmu ini dimplementasikan. Iqra yaitu bacalah dengan Nama Tuhan yang menciptakanmu.
Dia menguraikan, ada dua pertanyaan yang harus dijawab untuk mewujudkan peradaban di dunia ini. Jika keduanya tidak terjawab, maka kacau balaulah kehidupan di dunia ini. Pertama, manusia tidak pernah tahu kenapa ia dilahirkan dan tiba-tiba saja lahir ke dunia? Kedua, manusia tidak tahu kenapa harus mati?
"Beginilah kalau tidak tahu kenapa ia lahir dan Itulah yang membuat dunia ini kacau balau. Kematian dan kelahiran yang tidak pernah kita tahu, semua itu dilakukan agar kita diuji, siapa yang paling baik amalannya, siapa yang paling benar mencontoh Rasulullah. Dari Alquranlah kita mengerti,” imbuh ustaz Bachtiar.
Dia menegaskan, semua pemimpin pasti akan menginginkan rakyatnya bahagia dan sejahtera. Namun sayangnya yang selalu dijadikan tolok ukur kebahagiaan dan keberhasilan manusia untuk faktor kesejahteraan sangat parsial. Indikatornya hanyalah materi belaka.
“Nggak usah kita pusing dengan dolar yang naik- turun. Karena kedaulatan di negeri ini terjadi kalau penduduknya beriman dan bertakwa. Sebaliknya, jika membangun negara dengan utang maka sama saja dengan membangun kebohongan. Kalau kita mendustakan agama, maka yakin negara kita tidak akan berdaulat," katanya.