REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Melibatkan aparat kepolisian dalam Sahur on the Road (SOTR) diyakini meminimalisir provokasi-provokasi dari kelompok lain yang dapat memicu bentrok atau tawuran.
Seperti yang dilakukan oleh Maulana, salah satu anggota komunitas pegawai perusahaan ritel di Gajah Mada, Jakarta Pusat. Bersama 73 rekannya, ia melibatkan beberapa personel kepolisian, yang memimpin kegiatan SOTR mereka dari Gajah Mada mengitari wilayah di Jakarta Utara dan Jakarta Pusat.
"Kami tidak ingin kejadian-kejadian tidak mengenakkan terjadi, makanya kami preventif dengan mengajak personel kepolisian," katanya, Senin (6/7).
Maulana bersama rekan-rekannya membawa sekitar tiga keranjang super besar makanan pokok, dan juga makanan ringan. Tujuan utama SOTR yang rutin mereka lakukan tahun ini, kata Maulana, adalah membagikan makanan dan sejumlah peganan kepada anak yatim piatu di Yayasan Al-Kahfi, Kramat Sentiong, Jakarta Pusat.
"Kami lakukan ini setiap tahun, selain mengajak yang lain untuk SOTR dan membagikan makanan, kami juga memberikan makanan untuk anak yatim piatu di Jakarta Pusat," kata Maulana, yang sedang menunggu anggota rombongannya di Monumen Nasional, untuk kembali ke titik awal di Gajah Mada.
Anggota rombongan lainnya, Siti Fatimah, mengatakan turut dilibatkannya polisi cukup memberikan rasa aman dari potensi-potensi gangguan di kegiatan SOTR ini. Dirinya menyesalkan sejumlah insiden tawuran yang menodai kegiatan SOTR pada Minggu (5/7) hari kemarin.
"Seharusnya kalau memang punya misi SOTR, ya harusnya murni kegiatan sosial, bukannya malah punya niat lain, seperti ingin tawuran dengan kelompok lain," katanya.
Keadaan di sekitar kawasan Monumen Nasional, Senin dini hari ini, tampak rampai oleh berbagai kelompok yang sedang singgah sejenak dari kegiatan SOTR. Beberapa personel kepolisian juga tampak berpatroli menggunakan sepeda motor.