REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Gelombang panas menghempas di kamp-kamp Internally Displanced Pesons (IDP) atau pengungsi internal. Gelombang panas tersebut berpengaruh terhadap kondisi anak-anak di IDP.
Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) Irak pun memperingatkan tentang kondisi anak-anak di kamp IDP. Menurut mereka, kondisi panas ini membuat anak-anak berada di resiko yang perlu dikhawatirkan karena melanda beberapa bagian negara itu.
“Resiko ini terutama melanda anak-anak yang tinggal di kamp-kamp caravan atau unit rumah logam,” ujar Salama al-Khafaji, anggota Komisi Tinggi HAM, dilansir dari WorldBulettin Senin (6/7).
Salama mengatakan, gelombang panas telah menyelimuti Baghdad dan beberapa provinsi lain. Untuk itu, Salama juga mmeberikan himbauan kepada masyarakatnya supaya menjaga kondisi, terutama mereka yang tinggal di kamp-kamp tanpa pendingin ruangan seperti AC.
Komisi Tinggi HAM Irak merupakan sebuah organisasi independen. Organisasi ini diawasi langsung oleh parlemen Irak.
Organisasi meteorologi dan seismologi Irak mengatakan, pada Sabtu nanti suhu akan melebihi 50 derajat celcius di wilayah selata negara Irak. Suhu akan kembali berada di tingkat normal 24 derajat Celcius pada hari Minggu.
“Suhu di atas 50 derajat celsius ini menyebabkan resiko hipertemia pada masyarakat,” ujar Dr. Hamdi Abdel Jabbar dari Departemen Kesehatan Baghdad.
Jabbar memberikan himbauan juga untuk masyarakat. Untuk mereka yang tinggal di kamp-kamp yang tidak memiliki pendingin ruangan dan perlindungan dari sengatan sinar matahari untuk segera mencari tempat pengungsian.
Jumlah pengungsi Irak saat ini mencapai empat juta jiwa. Data ini diambil dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) pada Juni, lalu.