REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan ketua umum PSSI, Djohar Arifin Husin, tidak menampik jika dia digaji Rp 50 juta per bulan ketika menjadi pimpinan PSSI. Hal itu disampaikan setelah ketua umum PSSI, La Nyalla Mattalitti, membuka uang yang diterima Djohar ketika menjabat pimpinan PSSI.
Menurut dia, pekerjaan sebagai ketua PSSI tidak mudah karena harus selalu fokus. Ia mengatakan menjabat sebagai ketua PSSI tidak bisa merangkap dengan pekerjaan lain. Bahkan, dia harus meninggalkan semua kegiatan, termasuk mengajar.
Terkait gaji yang diterima, Djohar mengatakan, hal tersebut bukan berupa gaji, melainkan bantuan insentif. Menurut dia, gaji yang diterima sudah menjadi kesepakatan awal di awal kepengurusannya mulai 2011.
"Ini kesepakatan awal pengurus tahun 2011, termasuk dengan waketum, sekjen, bendahara, dan komite eksekutif mendapat bantuan insentif," kata Djohar melalui pesan singkat, Senin (6/7).
Dengan demikian, Djohar membantah pernyataan La Nyalla terkait pengurus PSSI tidak layak digaji. Djohar mencontohkan presiden FIFA, juga menerima gaji. Sebab, semua elemen baik pegawai maupun pengurus semuanya kerja keras untuk mendapatkan uang agar biaya operasional PSSI bisa dipenuhi. Dia pun memberikan contohnya, saat PSSI era kepemimpinannya, keuangan PSSI mengalami surplus.
Selain itu, Djohar juga membantah jika saat kepengurusannya, mendapat dana dari APBN tepatnya pada tahun 2014. Dia pun mengimbau agar bertanya langsung ke bendahara PSSI. "Saya tak pernah mau ikut campur urusan keuangan. Silakan ke keuangan. Tidak ada dana APBN tahun itu," kata Djohar.