REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Presiden FIFA Sepp Blatter buka suara seputar proses pemilihan Piala Dunia 2018 dan 2022. Ia menyebut mantan presiden Nicolas Sarkozy dan presiden Jerman, Koehler Christian Wulff, telah berusaha mempengaruhi proses pemilihan suara sebelum Qatar dan Rusia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia yang digelar pada 2010.
“Itulah mengapa kita sekarang memiliki Piala Dunia di Qatar,” ujar Blatter dilansir dari BBC, Senin (6/7).
Blatter menambahkan Sakozy dan Koehler harus bertanggung jawab dengan hal ini. Tak hanya itu, presiden FIFA ini mengklaim asosiasi sepoak bola Jerman (DFB) menerima rekomendasi jika Jerman harus memilih Qatar karena kepentingan ekonomi.
Semua perusahaan Jerman Deutsche Bahn (Kereta Api Jerman) dan Hochtief (konstruksi), kata Blatter, sudah memiliki proyek di Qatar sebelum Piala Dunia selanjutnya ditentukan.
Blatter juga mengaku bertindak atas prinsip kepemimpinan. “Jika mayoritas komite eksekutif ingin Piala Dunia diselenggarakan di Qatar maka saya harus menerima itu,” ujarnya.
Mantan presiden DFB Theo Zwanziger merasa perlu angkat bicara. Ia sebelumnya menulis Wulff telah bertanya tentang kesempatan di Qatar, namun Zwanziger membantah telah memiliki pengaruh apapun.
Proses pemungutan suara saat ini sedang diselidiki oleh jaksa Swiss. Presiden FIFA berusia 79 tahun ini mengumumkan tanggal 2 Juni akan mundur melepas kursi kepresidenan di badan sepak bola FIFA.
Kongres luar biasa juga akan diselenggarakan di antara bulan Desember dan Maret tahun 2016.keputusannya diikuti penyelidikan dugaan korupsi di FIFA yang telah mendakwa 14 orang.