REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan mengevaluasi kebijakan pembatasan ekspor timah untuk mendongkrak harga komoditas tambang itu di pasar dunia.
"Setelah Idul Fitri nanti kami dengan para pengusaha timah akan mengelar rapat evaluasi pembatasan ekspor," kata Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Babel, Budiman Ginting di Pangkalpinang, Senin (6/7).
Kebijakan pembatasan ekspor timah itu, menurut dia, sudah tepat dan mampu mendongkrak harga timah di pasar dunia, namum belum mampu memberi pengaruh besar. "Sebenarnya kita menginginkan moratorium dengan tidak lagi mengekspor timah, namun pelaku usaha tidak sepakat, hanya sepakat untuk pembatasan saja, sehingga stok timah di pasar dunia tetap banyak," ujarnya.
Ia mengatakan, banyaknya stok timah di negara tujuan ekspor menjadi pemicu harga jual timah masih murah. "Stok di LME masih banyak, belum lagi di LTEI, Cina, Malaysia serta London sehingga membuat harga tidak bersaing dan tetap murah," ujarnya.
Namun demikian, menurut dia, pembatasan ekspor 4.000 ton per bulan cukup memberikan dampak yang positif terhadap harga timah di pasar dunia yang mengalami kenaikan tipis.
Harga timah hingga Sabtu (3/7) 14.225 dolar AS per metrik ton, atau naik dibanding harga akhir Juni sebesar 13.475 dolar AS.
"Kita harap bulan-bulan berikutnya harga timah Babel mengalami kenaikan sehingga dapat menyejahterakan rakyat," ujarnya.