REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Penahanan 14 aktivis mahasiswa pro-demokrasi Thailand bulan lalu, menciptakan badai politik kecil bagi Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.
Sejumlah protes kecil yang mendukung mahasiswa tersebut seakan menguji kemampuan pemerintahan militernya mengatasi perbedaan pendapat di masyarakat.
Ratusan demonstran menghadiri aksi damai di Bangkok, Senin (6/7), sebuah pemandangan langka di Thailand yang dikuasai militer. Mereka menulis dukungan terhadap mahasiswa di kertas tempel.
Para aktivis pro-demokrasi mengatakan mereka ingin 14 mahasiswa segera dibebaskan dan berharap demokrasi kembali ke Thailand.
"Kami ingin mahasiswa segera dibebaskan tanpa syarat. Kami mengekspresikan diri dengan damai. Pendekatan kami menuntut pembebasan mahasiswa berdasarkan konstitusi yang demokratis," ujar aktivis pro-demokrasi Thanes, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (7/7).
Aktivis lain, Alek mengatakan para penguasa seharusnya memahami dan menyesuaikan diri dengan mengembalikan hak demokratis kepada rakyat. Sebanyak 14 mahasiswa ditahan pada 26 Juni setelah serangkaian protes menuntut diakhirinya junta militer.