REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Natsir menilai Pemilu dengan sistem e-voting lebih efisien dan efektif. Terutama, kata dia, pada hal yang bekaitan dengan anggaran maupun efisiensi waktu.
“Pemilu dengan sistem ini lebih efektif dan efisien,” ungkap Natsir saat Kunjungan Kerja (Kunker) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Tangerang Selatan, Selasa (7/7). Ia juga mengaku sangat tertarik dengan konsep ini. Oleh karena itu, dia berencana akan memperkenalkan dan menginformasikan kepada para kabinet lainnya dan Presiden Joko Widodo.
Menurut Natsir, anggaran negara bisa diminimalisasi jika menggunakan sistem e-voting. Pasalnya, kata dia, Pemilu dengan menggunakan kertas menghabiskan banyak anggaran.
Selain itu, Natsir juga menerangkan, akurasi waktu perhitungan suara lebih cepat. Peneybabnya, ujar dia, sistem Pemilu ini online. Sehingga, lanjut dia, total hasil suara bisa diterima dan diperoleh dalam waktu sehari.
Kemudian, menurut Natsir, sistem Pemilu ini mampu mengurangi konflik. Misal, kata dia, konflik perhitungan suara antar calon bisa terhindar. “Kami harap ini bisa terealisasikan dengan baik dan secepatnya di Indonesia,” ujarnya. Hal terpenting, menurutnya, pihak BPPT-pun harus bisa siap.
Sebelumnya, Menristekdikti melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Batan, Serpong, Tangerang Selatan. Pada kegiatan ini, dia mendapat informasi dan menyaksikan langsung perihal alat yang bisa digunakan untuk Pemilu dengan sistem e-voting. Natsir juga memperoleh informasi bahwa sistem Pemilu dengan alat ini telah dilakukan di ratusan desa pada 2013 lalu.