REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persiapan pelantikan kepala BIN yang baru, Letjen (Purn) Sutiyoso di Istana Negara, diwarnai kejadian yang menjadi bahan cercaan publik.
Diketahui, pihak Istana telah keliru dalam menulis surat undangan pelantikan kepala BIN. Dalam undangan yang dirancang Kementerian Sekretariat Negara tersebut, tertulis 'Pelantikan Kepala Badan Intelijen Nasional'. Padahal, BIN adalah singkatan dari Badan Intelijen Negara.
Sehubungan dengan itu, politikus Partai Golkar Fadel Muhammad mengatakan, menteri sebaiknya tidak 'merepotkan' Presiden Jokowi, bahkan untuk sekadar urusan administratif terkait surat-menyurat. Sebab, lanjut Ketua Komisi XI DPR itu, dengan demikian, publik bisa jadi merasa kasihan terhadap Presiden.
Apalagi, bukan kali ini saja sejumlah menteri membuat kisruh, alih-alih meningkatkan kinerjanya di bidang masing-masing. "Ya kasihan!" kata Fadel Muhammad melalui pesan singkat yang diterima Republika, Rabu (8/7).
Belakangan, Kementerian Sekretariat Negara mengakui adanya kesalahan teknis penulisan pada undangan pelantikan Kepala BIN dan Panglima TNI tersebut.
"Secepatnya telah menarik dan menggantinya dengan penulisan yang benar," ujar Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media, Sekretariat Presiden, Djarot Sri Sulistyo, melalui siaran pers yang diterima Republika.