Seakan-akan Berburu Lailatul Qadar di Masjidil Haram

Red: Irwan Kelana

Rabu 08 Jul 2015 17:32 WIB

Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) H M Aksa Mahmud diapit oleh dua imam dari Madinah, yakni Syekh  Essam Almizjaji  (kanan) dan   Syekh Abdulaziz Aloreqi. Foto: Irwan Kelana/Republika Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) H M Aksa Mahmud diapit oleh dua imam dari Madinah, yakni Syekh Essam Almizjaji (kanan) dan Syekh Abdulaziz Aloreqi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) Menteng Jakarta mengadakan i'tikaf selama 10 malam terakhir Ramadhan. i'tukaf tersebut antara lain diisi dengan qiyamullail yang dipimpin imam dari Madinah, yakni  Syekh Essam Almizjaji dan  Syekh Abdulaziz Aloreqi.

Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) H M Aksa Mahmud menjelaskan, ada beberapa pertimbangan mengapa MASK mengundang imam Madinah untuk memimpin shalat Tarawih dan qiyamullail. “Program mendatangkan imam Madinah ini sudah kami laksanakan selama enam tahun," ujarnya kepada Republika di sela i'tikaf di MASK, Rabu (8/7) dini hari.

Tahun lalu, kata Aksa, Dewan Pengurus MASK mencoba sengaja tidak mengundang imam Madinah. Ternyata jumlah jamaah yang biasanya mencapai rata-rata 1.000-2.000 orang per malam,  menurun. "Karena itu, tahun ini dan insya Allah seterusnya, kami mendatangkan imam Madinah untuk memimpin shalat Tarawih dan qiyamullail di MASK,” tutur Aksa yang tahun ini menjabat Ketua Dewan Pengurus MASK untuk priode jabatan kedua.

Ia mengemukakan, pertimbangan pertama mendatangkan imam Madinah, selain berkah,  tentu suasana imam dari Madinah ini membawa daya tarik terhadap jemaah yang ingin melakukan i’tikaf  di Masjid Sunda Kelapa. "Mungkin yang belum bisa berkesempatan naik umrah atau haji untuk shalat 20 rakaat  di Madinah, maka kita bisa datang saja ke Mesjid Sunda Kelapa," paparnya.

Di samping itu para jamaah menganggap shalat Tahajud dan Witir bersama imam dari Saudi seperti berada di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. “Seakan-akan berburu Lailatul Qadar di Tanah Suci Makkah atau Madinah,” ujarnya.

Aksa menyebutkatkan, imam asal Madinah mempunyai suara dan lagu yang khas yang insya Allah mendorong kesyahduan dan kekhusyuan dalam melakukan shalat. “Bahkan bacaan Al-Qur’annya panjang sekalipun seakan-akan tidak terasa lama karena sangat indah dan menyentuh,” tuturnya.

Hal itu, kata Aksa, tidak mengherankan mengingat imam Madinah itu belajar Al-Qur’an di Kota Madinah yang merupakan kota Nabi. “Madinah merupakan pusat pendidikan para hafizh. Tak heran kalau Madinah merupakan gudangnya para hafizh dan imam,” tuturnya.

Terpopuler