REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Maskapai penerbangan berbiaya hemat, AirAsia Indonesia membantah izin operasionalnya dibekukan oleh pemerintah karena operator itu memastikan kinerja finansial perusahaannya dalam kondisi sehat.
"Situasi itu karena kami mendapat dukungan pendanaan penuh dari pemegang saham," kata Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko di Surabaya, Kamis.
Ia mencontohkan salah satunya melalui komposisi ekuitas yang beragam. Selain itu, didukung uang muka dari pemegang saham dan laporan neraca keuangan AirAsia Berhad yang kuat.
"Strategi bisnis itu juga disumbang oleh performa pemegang saham yang selalu memberikan komitmen penuh terhadap operasional perusahaan," ujarnya.
Apalagi, jelas dia, sejak berdiri tahun 2004 hingga kini kegiatan operasional AirAsia Indonesia tetap berjalan normal. Sementara, tingkat ekuitas tidak pernah menjadi sebuah isu mengingat perusahaan mendapatkan pendanaan penuh dari berbagai sumber.
"Hal ini tidak pernah menjadi suatu kompromi akan komitmen penuh kami terhadap standar keselamatan penerbangan global. Kami selalu memberikan layanan terbaik dalam kegiatan operasional perusahaan," katanya.
Di sisi lain, tambah dia, pihaknya akan terus melakukan komunikasi aktif dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia untuk memastikan arahan kebijakan terpenuhi. Operator itu juga memiliki fundamental bisnis yang kuat didukung dengan arus kas yang positif pada kuartal I 2015.
"AirAsia Berhad sebagai pemegang saham kami telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan modal saham AirAsia Indonesia. Misal dengan melakukan penjualan saham perdana (IPO) dalam rangka memenuhi rencana pertumbuhan di Indonesia," katanya.
Ia menyebutkan, dalam setiap waktu AirAsia Indonesia terus beroperasi dalam koridor hukum Indonesia. Bahkan, sebagai maskapai yang telah menerbangkan penumpang internasional terbanyak selama lima tahun terakhir pihaknya berkomitmen untuk menerbangkan lebih banyak wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan sejumlah maskapai yang harus menambah modal karena ekuitas negatif. Salah satu diantaranya adalah Indonesia Air Asia.