REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Jalur Gaza memiliki angka pengangguran tertinggi di dunia. Lebih dari 60 persen pemudanya tidak bekerja.
Terlebih lagi, ketidakamanan pangan mempengaruhi 73 persen penduduknya. Sebanyak 80 persen penduduk menggantungkan diri pada bantuan kemanusiaan, terutama bantuan makanan.
Komisaris Jenderal Lembaga Pekerjaan dan Bantuan PBB buat Pengungsi Palestina (UNRWA) Pierre Krahenbuhl, Rabu pagi (9/7), menyampaikan keprihatinan keputusasaan, kemiskinan, dan tak adanya martabat akibat perang 2014 melawan Israel dan blokade masih menjadi kenyataan hidup buat rakyat di Jalur Gaza. Itu semua menambah besar beban kemanusiaan yang dihadapi penduduk Gaza.
Listrik yang tersedia hanya delapan sampai 12 jam per hari, dan mempengaruhi pasokan air yang mencakup sekelumit kebutuhan harian. Sebanyak 90 juta liter buangan yang diolah separuh dibuang ke Laut Tengah setiap hari akibat kekurangan bahan bakar dan listrik.
Yang terakhir, angka kematian ibu diperkirakan telah hampir berlipat dalam 12 bulan belakangan. Pertempuran juga menimbulkan kerusakan parah struktural di seluruh Jalur Gaza.
Sebanyak 100 ribu orang masih menjadi pengungsi di dalam negeri mereka, yang ditampung di tempat penampungan sementara. Hampir 120 ribu orang masih menunggu terhubung kembali dengan pasokan air kota tersebut. Pekerjaan masih belum dimulai pada sejumlah instalasi penting kesehatan.