Kamis 09 Jul 2015 17:20 WIB

Begini Cara Kemenag Minimalisasi Perbedaan Penentuan 1 Syawal

Rep: c38/ Red: Indah Wulandari
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Machasin.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Machasin.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Agama akan mengupayakan perhitungan penentuan 1 Syawal 1436 Hijriah  pada 16 Juli mendatang sesuai dengan beberapa metode sehingga hasilnya bisa meminimalisasi perbedaan.

 

“Kemungkinan berbeda ada, tapi nanti kita lihat pada rukyatnya. Saya akan mengutus orang ke Persis (Persatuan Islam) dan NU (Nahdlatul Ulama), kemudian kami akan mengadakan dialog sebelum sidang isbat,” kata Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Prof Machasin, Kamis (9/7).  

Machasin menjelaskan, penetapan awal bulan Hijriah mengikuti kriteria 2-3-8. Yakni, pada saat matahari terbenam, ketinggian (altitude) bulan minimum 2 derajat di atas cakrawala, sudut elongasi (jarak lengkung) bulan ke matahari minimum 3 derajat, kemudian  saat bulan terbenam, usia bulan minimum 8 jam.

Berdasarkan pengalaman, kata Machasin, kalau di atas tiga derajat biasanya ada yang melihat. Menurutnya, hilal  tahun ini sudah di atas kriteria. Tinggi bulan sudah berada antara 2 derajat sampai 3,4 derajat, jarak dari konjungsi sembilan jam lebih, sedangkan sudut elongasi sekitar 5 derajat. Karena itu, besar kemungkinan hilal sudah terlihat pada tanggal 16 Juli.

Machasin menambahkan, apabila hilal belum terlihat, NU dan Persis akan menggenapkan Ramadhan 30 hari. Sehingga, Idul Fitri jatuh pada 18 Juli. Namun, apabila sudah ada yang melihat, kedua organisasi ini akan mengikuti keputusan pemerintah.

Persis menyatakan  akan mengikuti keputusan pemerintah kalau hilal sudah terlihat oleh dua orang di tempat berbeda. Sementara, NU cukup satu tempat.

“Jadi kemungkinan 1 Syawal jatuh pada tanggal yang sama, meski ada kemungkinan berbeda. Apalagi sekarang cuaca terang. Tapi, kita lihat suasana terakhir tanggal 16,” kata Machasin.

Machasin mengimbau, masyarakat tetap saling menghormati apapun keputusan sidang isbat nanti. “Kita sudah sering berbeda dan tidak apa-apa. Kita jaga tradisi yang bagus ini. Kita akan upayakan tetap satu, tapi kalau pada detik-detik terakhir harus berbeda, saling menghormati saja,” imbuh Machasin. 

Machasin juga menegaskan, pelaksanaan sidang isbat akan digelar dengan mekanisme tertutup. Sebelumnya, NU sempat mengusulkan sidang terbuka dalam pelaksanaan isbat satu Syawal 1436 H. Machasin membantah kemungkinan tersebut. 

Ia menyatakan, Kemenag mengakomodasi pihak-pihak yang tidak merasa nyaman saat sidang berlangsung terbuka. Mekanisme sidang isbat akan dilaksanakan sebagaimana sidang penetapan awal Ramadhan 1436 H kemarin. Ia menambahkan, hasil sidang isbat yang nanti akan disampaikan terbuka kepada publik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement