REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- AirAsia Indonesia menegaskan tidak pernah mengalami kesulitan finansial sejak awal berdiri pada 2004 lalu.
Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko mengatakan pihaknya mendapatkan pendanaan penuh dari pemegang saham melalui komposisi ekuitas yang beragam, uang muka dari pemegang saham, dan didukung laporan neraca keuangan AirAsia Berhad yang kuat.
"Pemegang saham kami selalu dan akan senantiasa memberikan komitmen penuh terhadap operasional perusahaan," ujarnya, Kamis (9/7).
Sunu menekankan, kegiatan operasional AirAsia Indonesia tetap berjalan dengan normal dan adanya spekulasi bahwa izin operasional akan dibekukan tidaklah akurat.
AirAsia Indonesia sendiri, dikatakan Kementerian Perhubungan masuk dalam 13 maskapai penerbangan yang memiliki ekuitas negatif bersama Cardig Air, Trans Wisata Prima Aviation, Eastindo Services, Survei Udara Penas, Air Pacific Utama, John Lin Air Transport, Asialink Cargo Airline, Ersa Eastern Aviation, Tri MG Intra, Nusantara Buana, Batik Air, dan Manunggal Air.
Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi M Djuraid mengatakan Kemenhub memberi kesempatan selama 30 hari kepada perusahaan penerbangan bersangkutan untuk melakukan penambahan modal agar ekuitas perusahaan positif.
Apabila sampai tanggal 31 Juli penambahan modal tidak bisa dilakukan sehingga ekuitas tetap negatif, Kemenhub akan menempuh sejumlah langkah seperti melakukan review dan mencermati secara khusus pengajuan izin rute baru oleh ke-13 perusahaan.
Menanggapi hal ini, Sunu menyatakan tingkat ekuitas tidak pernah menjadi sebuah isu, mengingat perusahaan mendapatkan pendanaan penuh dari berbagai sumber.
Hal ini, ia katakan, tidak pernah menjadi suatu kompromi akan komitmen penuh AirA sia terhadap standar keselamatan penerbangan global dan praktik terbaik dalam kegiatan operasional perusahaan.
"AirAsia Indonesia akan terus melakukan komunikasi aktif dengan Kementerian Perhubungan untuk memastikan arahan kebijakan terpenuhi," lanjut Sunu.
Sunu berpandangan Air Asia memiliki fundamental bisnis yang kuat didukung dengan arus kas yang positif pada kuartal I 2015.
Secara terpisah, AirAsia Berhad sebagai pemegang saham, lanjutnya, telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan modal saham AirAsia Indonesia, antara lain dengan melakukan penjualan saham perdana (IPO) AirAsia Indonesia dalam rangka memenuhi rencana pertumbuhan di Indonesia.
Ia melanjutkan, AirAsia Indonesia terus beroperasi dalam koridor hukum Indonesia.