Jumat 10 Jul 2015 11:05 WIB

Rupiah Menguat Jadi Rp 13.302 per Dolar

Sejumlah tukang becak membawa spanduk bertuliskan Save Rupiah di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Kamis (12/3).  (Antara/Yusuf Nugroho)
Sejumlah tukang becak membawa spanduk bertuliskan Save Rupiah di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Kamis (12/3). (Antara/Yusuf Nugroho)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (10/7) pagi bergerak menguat sebesar 32 poin menjadi Rp 13.302 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp 13.334 per dolar AS. "Nilai tukar rupiah bergerak naik terbantu oleh munculnya harapan di Yunani yang mengajukan proposal utang baru kepada Uni Eropa, situasi itu cukup mengurangi kekhawatiran pasar keuangan global termasuk di Indonesia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa Yunani mengajukan proposal utang baru pada Kamis malam waktu setempat yang meliputi pemangkasan anggaran, pengurangan uang pensiun, dan kenaikan pajak. Ia menambahkan bahwa penguatan rupiah juga terbantu oleh bank sentral Amerika Serikat (the Fed) yang mengindikasikan untuk tidak menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, kondisi itu menambah topangan bagi mata uang rupiah untuk bergerak di area positif.

"Mata uang rupiah bisa berlanjut menguat pada akhir pekan ini (Jumat, 10/7) merespon situasi global yang membaik, meski begitu bukan berarti volatilitas pasar akan berkurang, pelaku pasar harus tetap waspada," katanya.

Dari dalam negeri, lanjut dia, pidato Presiden Joko Widodo yang memberikan janji untuk perbaikan ekonomi dalam waktu dekat diperkirakan masih diantisipasi pasar karena investor masih menunggu realisasi dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan mata uang berisiko mulai bergerak menguat seiring dengan adanya sinyal bahwa Yunani membuat kemajuan dalam usahanya mendapatkan dana segar.

"Resolusi terhadap krisis utang Yunani akan menghilangkan ketidakpastian outlook global dan akan menggairahkan kembali instrumen investasi di pasar berisiko," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement