REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Topan Chan-hom menghantam Cina sekitar pukul 00.00 waktu setempat pada Sabtu (11/7). Sekitar 865 ribu orang terpaksa mengungsi dari Shanghai dan Cina bagian timur.
Pusat Meteorologi Nasional (NMC) Cina mengatakan badai super kuat ini kemungkinan besar memicu longsor dan banjir, terutama di provinsi Zhejian yang merupakan perbatasan Shanghai dengan wilayah utama.
Kantor berita Xinhua melaporkan pemerintah juga memerintahkan semua kapal nelayan di pelabuhan tidak beroperasi karena gelombang mencapai ketinggian 10 meter. Ada sekitar 30 ribu kapal nelayan yang diminta pulang.
Badai ini sebelumnya menghantam Filipina pada awal pekan dan menewaskan lima orang. Badai kemudian menyambangi Jepan dan melukai 20 orang.
Ratusan penerbangan dibatalkan karena kecepatan topan mencapai 200 km per jam. Badai mengarah ke bagian pantai selatan Cina pada Sabtu sore, yang terdiri dari kota pelabuhan seperti Rui'an dan Zhoushan.
Layanan komuter juga membatalkan pengoperasian 100 kereta di wilayah tersebut hingga Ahad. Beberapa wilayah tidak ingin mengambil resiko dan menonaktifkan layanan bus antar kota.
NMC memperingatkan Chan-hom bisa saja jadi topan paling kuat yang menghantam Cina sejak 1949. Sebelumnya pada awal pekan, topan Linfa juga mampir ke Cina dan membuat 56 ribu orang diungsikan dari provinsi Guangdong.
Menurut Tropical Storm Risk, badai akan mampu merusak atap, pintu, jendela hingga bangunan. Pohon dan semak juga kemungkinan bisa tercabut. Penduduk diminta tetap berada di rumah karena cuaca di luar tidak akan memungkinkan untuk beraktivitas.