REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi publik, Azas Tigor Nainggolan mengatakan, banyaknya program mudik gratis yang diadakan oleh instansi pemerintah, perusahaan BUMN dan juga pihak swasta, belum cukup untuk menekan angka kecelakaan di jalan raya. Tigor menilai, program mudik gratis hanya dapat mengurangi jumlah pemudik yang menggunakan sepeda motor.
“Setidaknya program mudik gratis dapat mengurangi pemudik yang menggunakan sepeda motor, kalau mengurangi kecelakaan enggak cukup dengan itu saja,” kata Tigor kepada //Republika Online (ROL), Ahad (12/7).
Untuk menekan angka kecelakaan, kata Tigor, hal yang terpenting adalah pengawasan terhadap situasi saat arus mudik, baik dari aspek sarana prasarana ataupun juga kontrol terhadap pengendara selama mudik. Ia melihat fakta dari tahun ke tahun, kecelakaan di jalan raya di setiap musim mudik cenderung meningkat tak terkecuali tahun ini.
Tigor mengaku tidak tahu apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan pembenahan transportasi saat mudik. Adanya tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang digadang-gadang sebagai alternatif kenyamanan untuk mudik justru menjadi tempat yang sering terjadi peristiwa kecelakaan.
“Tol Cipali ini masih banyak yang kurang. Dari segi kelayakan itu masih banyak yang belum lengkap. Kalau memang belum siap digunakan ya jangan dipaksakan,” ujar Tigor.
Mengenai tol Cipali ini, Tigor menyayangkan hampir setiap hari ada berita kecelakaan yang terjadi di tol yang digarap oleh pihak swasta tersebut. Sebagai prasarana baru yang ditujukan untuk mengurangi kepadatan di jalur Pantura, seharusnya tol Cipali sudah siap dalam segi pengamanan. Ini agar tidak menimbulkan masalah bagi pengguna untuk mudik dan merayakan Hari Raya Idul Fitri di kampung halaman masing-masing.