Senin 13 Jul 2015 17:38 WIB

Rudal Cina Bisa Mencapai Australia, PM Abbott Tolak Berkomentar

Red:
Salah satu kapal angkatan laut China.
Foto: Reuters
Salah satu kapal angkatan laut China.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Perdana Menteri Australia Tony Abbott menolak untuk memberikan tanggapan mengenai peringatan bahwa rudal jarak jauh China dan kekuatan angkatan laut negeri itu sekarang bisa mencapai Australia.

Sebuah laporan bersama yang dibuat oleh Australian National Uniiversity dan Pusat Studi Strategi dan Internasional yang berbasis di Washington menyebutkan semakin mengkhawatirkannya tindakan Beijing di Laut China Selatan. kemungkinan Australia masuk dalam konflik militer di kawasan tersebut.

"Operasi China di Lautan India menimbulkan kekhawatiran khususnya bagi Australia," tulis laporan tersebut baru-baru ini.

"Letak geografis Australia yang terpencil sudah lama menjadi salah satu pertahanan terkuatnya, seperti juga Amerika Serikat."

"Namun meningkatnya kekuatan angkatan laut China, dan rudal jarak jauhnya membuat Canberra sekarang berada dalam jangkauan Tentara Rakyat China."

Salah satu kapal angkatan laut China. (Reuters)

Namun Perdana Menteri Tony Abbott menolak memberikan komentar mengenai isi laporan tersebut.

"Saya senang bahwa hubungan persahabatan kami dengan China semakin menguat sejalan dengan waktu." katanya kepada wartawan.

"Saya lebih ingin memfokuskan pada kekuatan persahabatan dibandingkan berbicara mengenai kemungkinan yang akan dan bisa terjadi di tahun-tahun mendatang."

"Kami memiliki hubungan dekat termasuk hubungan keamanan dengan Amerika Serikat, hubungan yang kuat dengan China, hubungan keamanan yang kuat dengan Amerika Serikat,- ini adalah cara terbaik guna memastikan perdamaian, keamanan dan kemakmuran di kawasan ini." kata PM Abbott.

Laporan berjudul Aliansi ANZUS di Asia Yang Terus Menanjak dikeluarkan hari Senin (13/7/2015), dan muncul bersamaan dengan latihan militer bersama Amerika Serikat dan Australia yang diberi nama Talisman Sabre.

Latihan militer ini akan melibatkan 30 ribu personel dari Australia, Amerika Serikat dan untuk pertama kalinya Jepang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement