Selasa 14 Jul 2015 07:50 WIB

Tak Hanya Rumput Laut, Produksi Kerang Juga Digenjot

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kerang
Foto: alibaba.com
Kerang

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Rumput laut dan kekerangan merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya untuk mendukung pembangunan poros maritim nasional. Kedua komoditas tersebut memiliki kemiripan yaitu mudah dibudidayakan, modal usaha yang murah, mampu menyerap tenaga kerja, dan memiliki pasar yang cukup besar.

Disamping rumput laut, produksi kekerangan pada tahun pada tahun 2015 ditargetkan sebesar 233.700 ton dan diperkirakan akan tumbuh 32,60 persen per tahun hingga 2019. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto mengatakan bahwa di samping rumput laut yang sudah menjadi unggulan produksi perikanan budidaya, kekerangan mulai tahun 2015 ini juga merupakan salah satu komoditas unggulan dan focus untuk dikembangkan.

"Selama ini, kekerangan memang belum diperhitungkan dan pembinaannya masih kurang. Padahal kebutuhan pasar kekerangan di dalam negeri cukup tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, selama ini dipenuhi melalui ekspor dari Eropa," jelas Slamet, Senin (13/7).

Pada saat melakukan kunjungan ke lokasi budidaya kerang hijau di Desa Sukajaya, Lempasing, Bandar Lampung, Slamet menambahkan, usaha budidaya rumput laut dan kekerangan akan terus didorong untuk menjadi sumber pendapatan masyarakat pesisir, khususnya di wilayah yang mempunyai potensi pengembangan komoditas tersebut.

Dia menyebutkan, lokasi budidaya rumput laut dan kekerangan memiliki beberapa syarat tertentu, dan wilayah Indonesia memiliki potensi tersebut. Belum lagi, katanya, jenis rumput laut dan jenis kekerangan yang bisa di budidayakan juga cukup banyak.

"Jadi dengan pertumbuhan produksi sampai dengan 2019 sebesar 16,74 persen untuk rumput laut dan kekerangan sebesar 32,6 persen per tahun, kami optimis dapat terpenuhi," ujar Slamet.

Seperti halnya rumput laut, kekerangan juga membutuhkan lokasi yang spesifik untuk budidayanya. Saat ini, di samping Lampung, beberapa daerah seperti Riau, Sumatera Barat dan Banten juga sedang dikembangkan budidaya kerang hijau ini.

"Ke depan akan kita dorong wilayah-wilayah lainnya yang memiliki potensi yang sama," imbuh Slamet.

Slamet kemudian menjelaskan perhitungan ekonomis usaha budidaya kerang hijau. Dia menyebut, dengan modal usaha sebesar Rp 15 - 20 juta, pembudidaya dapat memulai usaha budidaya kerang menggunakan 1 unit kerangka ukuran 9 x 15 m2.

Setelah di pasang di laut selama kurang lebih 6 bulan, akan diperoleh 1,5 ton kerang hijau dengan harga Rp 5 ribu per kg.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement