Senin 13 Jul 2015 23:25 WIB

Mencari Hilal, Sutrada Ingin Perkenalkan Islam yang Sesungguhnya

Rep: c35/ Red: Damanhuri Zuhri
Dian Sastro
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Dian Sastro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia adalah sebuah negara dengan berbagai cara hidup dan agama, kepulauan dengan beragam kebudayaan, sebuah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.

Namun film Mencari Hilal, masyarakat akan dapat melihat berbagai cara dalam menjalankan dan menjadi umat Islam di Indonesia.

Dalam film ini sang sutradara, Ismail Basbeth sedang bekerja dalam isu yang sama seperti film panjang pertamanya, Menuju Rembulan (Another Trip to the Moon), yaitu mengeksplorasi makna dari kemerdekaan, identitas, kekuasaan politik dalam struktur sosial dan kehidupan pribadi. Kedua film ini menggunakan tatatutur yang sama sekali berkebalikan arah dalam bercerita.

Jika maksud dari film pertamanya adalah untuk berdialog dengan diri (personal), maka film kedua dimaksudkan untuk berdialog dengan yang lain (sosial).

Film pertama tersebut merupakan representasi kedirian, sementara yang kedua representasi kemasyarakatan. Dalam satu kata, film pertama saya tentang ketertolakan (rejection), sedang film kedua tentang penerimaan (acceptance). Yang pertama menggunakan pendekatan surealis, yang kedua realis.

“Saya adalah seorang Muslim, berdarah Arab dari kakek yang berasal dari Yaman, saya lahir dan besar dalam masyarakat dan tradisi Jawa. Saya telah menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan identitas dan terbatasi dalam menyampaikan pendapat pribadi sejak masih kanak-kanak,” kata Ismail Basbeth ketika menceritakan makna film tersebut kepada Republika, Senin (13/7).

Dia mengaku urgensi untuk langsung mengerjakan film keduanya tersebut, karena apa yang sedang terjadi di dunia Islam dewasa ini. Dia kemudian menceritakan perjalanan ke Rotterdam beberapa waktu lalu. Beberapa bulan setelah berita penyerangan brutal di salah satu negara Eropa tersiar, dia mengalami satu hal yang aneh dan tidak mengenakkan di imigrasi bandara.

Dia meyakini hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Dia tahu sebuah sistem dibuat memang untuk menjamin keselamatan warganya, tapi dia dapat melihat dengan jelas bahwa mereka menjadi jauh lebih hati-hati hanya karena wajahnya, karena identitasnya sebagai seorang Muslim-Indonesia.

Melalui film ini dia ingin menunjukkan pada seluruh penonton di dunia, apa yang sedang terjadi dalam Islam di Indonesia. Lalu penonton akan dapat melihat bersama-sama wajah yang sebenarnya dari Islam bukanlah teror, akan tetapi saling memahami, saling mencintai dan saling menerima terhadap sesama manusia.

Kunci utama untuk sampai pada pemahaman itu adalah melalui dialog dan toleransi, dan film ini adalah pandangan personal dan kepercayaan pribadi Ismail Basbeth atas hal itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement