Selasa 14 Jul 2015 13:27 WIB

BI Rate Diperkirakan Bakal Dipertahankan

Rep: c87/ Red: Satya Festiani
BI Rate (ilustrasi)
Foto: Antara
BI Rate (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) diperkirakan bakal dipertahankan di level 7,5 persen. Ekonom dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anggito Abimanyu mengatakan, Bank Indonesia masih akan mempertahankan BI rate.

Hal itu menunjukkan Bank Indonesia masih yakin kondisinya terkendali karena BI punya cadangan devisa makroprudensial. Selain itu, BI mempertimbangkan pergerakan inflasi yang sudah mulai menunjukkan penurunan

"Saya belum melihat ada yang dikhawatirkan dari sisi kestabilan makro ekonomi," jelasnya kepada Republika di Gelora Bung Karno Senayan, Selasa (14/7).

Menurutnya, dengan tingkat suku bunga (rate) sekarang ini sudah cukup antisipatif terhadap kenaikan inflasi. Jika inflasi secara tahunan (yoy) bisa turun maka kondisi makroekonomi bisa menarik bagi para pemodal khususnya portofolio. Dia berharap cadangan devisa bisa terjaga kecukupannya. Meskipun ada penurunan cadev pada akhir Juni 2015 menjadi 108 miliar dolar AS dari 110,8 miliar dolar AS pada akhir Mei 2015.

Menurutnya, penting bagi Bank Indonesia untuk menahan gejolak nilai tukar (kurs). Terlebih, dalam momen ramadhan tahun ini menurutnya inflasi tidak terlalu bergejolak. Dia memperkirakan inflasi bulan Juli secara bulanan (mtm) bisa turun dibandingkan inflasi Juni 0,6 persen (yoy). Diperkirakan, pada Agustus dan September bisa deflasi.

Meski demikian, menurutnya masih ada potensi penyesuaian BI rate sampai akhir tahun. Terutama jika ada kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate) pada September. "Apalagi cadev terus tergerus tentu BI harus memikirkan bauran kebijakan, apakah suku bunga, makroprudensial, relaksasi, dan intervensi pemerintah," imbuhnya.

Namun, dia melihat perkiraan penyesuaian BI rate tidak dalam jangka pendek. Sebab, BI juga akan mempertimbangkan inflasi.

Terkait dampak krisis Yunani terhadap nilai tukar, menurutnya dengan kekuatan Cina dan AS pasti akan menahan dengan melakukan stimulus dengan menggelontorkan cadangannya supaya stabil. Dia mencontohkan, Cina pernah melakukan aksi jual tapi kemudian bisa diredam karena mereka punya kemampuan yang cukup untuk bisa meredam. Namun, dia mengaku tidak terlalu khawatir dengan dampak krisis Yunani terhadap nilai tukar.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement