REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Polisi Federal Australia (AFP) membatalkan makan malam Ramadhan tahunan setelah para pemimpin komunitas Muslim bersumpah untuk memboikot acara tersebut.
Pada (2/7) diedarkan petisi mendesak imam dan perwakilan lainnya untuk memboikot makan malam di Sydney dan Melbourne karena mereka upaya untuk memberi gambaran kerja sama palsu, harmoni dan kepercayaan yang tidak bisa lebih jauh dari kebenaran antara komunitas Muslim dan pemerintah Australia.
"Saya tidak bisa berbuka puasa dengan mereka yang membuat isu bom digunakan untuk melawan keluarga kami," kata juru bicara Asosiasi Muslim Silma Ihram, yang merupakan salah satu dari 840 orang untuk menandatangani petisi dilansir dari Sydney Morning Herald, Selasa (14/7).
Para penulis petisi yang disebut kelompok Peduli Muslim Australia mengatakan bahwa polisi telah menargetkan Muslim dalam "serangan palsu" dan pemerintah telah memperkenalkan undang-undang untuk "mengutuk, meminggirkan dan mengorbankan masyarakat Muslim". "Kami menafsirkan tawaran ini sebagai penghinaan yang menyakitkan."
AFP mengirim surat elektronik ke tokoh masyarakat pekan lalu, mereka mengatakan tidak akan datang pada makan malam Sydney Idul Fitri pada (21/7) dan makan malam di Meulbourne pada (24/7). "AFP telah berkonsultasi dengan perwakilan masyarakat dan sebagai hasilnya telah membuat keputusan untuk tidak melanjutkan dengan sebuah acara di Sydney tahun ini," kata email dari Liaison tim komunitas.
Di antara para pemimpin yang mendukung boikot adalah para penulis dan aktivis keadilan sosial seperti Randa Abdel-Fattah dan pengacara Sydney Mariam Veiszadeh dan Lydia Shelly. Salah satu tokoh masyarakat mengatakan kepada Fairfax Media yang disebut suara moderat semakin bergabung dengan panggilan untuk mengaktifkan AFP dan instansi pemerintah lainnya.