REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana menunjuk investor dari negara Jepang atau Cina dalam mengerjakan proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung. Kendati demikian, hingga saat ini pemerintah belum memutuskan investor yang tepat untuk proyek tersebut.
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi menilai Jepang memiliki kemampuan yang lebih baik ketimbang Cina dalam mengerjakan proyek kereta cepat ini. Hal ini dilihat dari kualitas kereta api cepat buatan Jepang yang belum pernah mengalami kecelakaan dalam 50 tahun terakhir.
"Kita belum melihat teknikalnya seperti apa, tapi kalau melihat sementara misalnya soal keselamatan dll, tentu saya kira Jepang lebih baik. Kita lihat 50 tahun Shinkansen belum pernah terjadi kecelakaan, sudah teruji. You lihatlah semua apapun yang bergerak Jepang itu lebih baik, kita lihat dari segala sudut, tidak bisa hanya kualitasnya saja, nantilah," kata Sofyan di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (14/7).
Ia mengatakan, pemerintah akan menunjuk investor pembangunan proyek kereta cepat ini pada tahun ini. Sebab, studi kelayakan proyek serta engineering detail juga telah selesai.
Selain itu, kata Sofyan, pemerintah juga mempertimbangkan penggunaan konten lokal yang akan digunakan oleh investor dalam pembangunan proyek ini. Sebab, penggunaan kandungan lokal dapat membantu pertumbuhan industri kandungan lokal di Indonesia.
Sejauh ini, Jepang telah memberikan tawaran yang lebih baik ketimbang Cina. Sofyan juga menyebutkan, Jepang menawarkan bunga yang lebih murah yakni 0,5 persen per tahun selama 40 tahun.
Untuk mempertimbangkan investor yang lebih baik dari kedua negara tersebut, pemerintah pun akan menunjuk konsultan dari Eropa yang dapat membantu menilai kedua investor tersebut baik dari segi tehnis serta keuangan.