Selasa 14 Jul 2015 20:54 WIB

BIN Diminta Berikan Informasi Akurat untuk Presiden

Rep: C32/ Red: Ilham
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengucapkan sumpah jabatan saat dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (8/7). (Antara/Yudhi Mahatma)
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengucapkan sumpah jabatan saat dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (8/7). (Antara/Yudhi Mahatma)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu strategis banyak bermunculan dari dunia digital Indonesia tentang penyebaran paham teroris sampai pencurian data oleh pihak asing di internet. Terkait hal tersebut, pengamat keamanan siber, Pratama Persadha menyatakan peran Badan Intelejen Negara (BIN) harus bisa akurat untuk presiden.

“BIN harus bisa memberikan informasi yang benar-benar akurat kepada presiden sebagai user utama BIN,” kata Pratama dalam pernyataan tertulisnya yang diterima ROL, Selasa (14/7).

Ia menambahkan, seperti negara lainnya, maka BIN mempunyai peran dan fungsi tersendiri bagi presiden. Sebagai lembaga intelejen, BIN akan sangat didengarkan pendapatnya terutama oleh Presiden.

“Seorang kepala negara membutuhkan informasi yang penting dan rahasia di saat genting, namun keakuratanya harus bisa dijamin,” ungkap Pratama.

Kepala BIN, Sutiyoso beberapa kali menegaskan, salah satu fokus utama BIN adalah pengamanan ekonomi. Jika benar, kata dia, sasaran Sutiyoso itu dinilai sudah sangat tepat.

Alasannya, kata dia, karena ekonomi akan sangat berpengaruh bagi keadaan setiap negara. Ia berpendapat, dalam era perang informasi digital, negara-negara berlomba mendapatkan informasi untuk tujuan penguasaan ekonomi. “Seperti kata Snowden di ajang CeBIT di Jerman, bahwa aksi peretasan kini akan masif dilakukan oleh negara-negara. Tujuannya adalah penguasaan sumber-sumber ekonomi baru,” jelas Pratama.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement